
LAPORAN
PRAKTIKUM
PEDOGENESIS
DAN KLASIFIKASI TANAH
ANALISIS
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH DI LAHAN KAKI LERENG
GUNUNG
BROMO
Oleh
:
ANDIKA
SEPTA S.B.H.
081510501139
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2011
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah ditemukan
dimana-mana di sekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kehidupan semua makhluk hidup di muka bumi ini, termasuk manusia. Profil tanah
adalah penampang vertical tanah yang dimulai dari permukan tanah sampai lapisan
induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk dipermukaan bumi berkembang dari bahan
mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara
fisis maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam
tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara,
dan air tanah. Manusia menemukan ciri-ciri tanah pada tempat tertentu yang
berbeda-beda jenisnya baik warna, tekstur dan sebagainya. Pendekatan dengan
berbagai macam praktek baik yang dilakukan di lapangan maupun di laboratorium
dengan cara menganalisa merupakan cara yang baik. Dari analisa tersebut masalah
yang dibahas tentang sifat-sifat fisik dan kimia tanah dapat diketahui dengan
baik pula.
Di daerah Lahan di kaki
lereng Gunung Bromo merupakan areal yang sangat berpotensi baik dalam bidang
pertanian dan non pertanian. Karena berada di daerah lareng gunung bromo yang
mengandung banyak material letusan gunung berapi, sehingga sebagian besar lahan
sangat bagus untuk dikembangkan dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui
potensi ini maka perlua adanya kajian tentang karakteristik morfologi lahannya
sebagai acuan dalam penggunaan lahan dan dapat digolongkan berdasarkan
sifat-sifat tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, maka kajian karakteristik
morfologi dan klasifikasi tanah penting untuk dilakukan, mengingat dalam setiap
kegiatan budidaya tanaman sebelumnya kita harus mengetahui karakter tanahnya
baru kita dapat merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan membudidayakan
tanaman dengan baik.
Batas lapisan tanah
dengan lapisan tanah yang lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas
atau baur. Dalam pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini
dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari
2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih
dari 12,5 cm). disamping itu bentuk topografi dari batas horison tersebut
dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus. Untuk itu praktikum lapang di daerah lerang
kaki Gunung Bromo merupakan kawasan yang tepat yang dijadikan sebagai referensi
pengetahuan untuk melatih mahasiswa dalam mengenal karakteristik morfologi dan
klasifikasi tanah.
1.2 Tujuan
1. Mengenal karakteristik sifat kimi, fisika, dan biologi tanah melalui
analisa
karakteristik morfologi
tanah.
2. Mempelajari bahan asal batuan, mineralogi, serta tanahnya.
3. mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan analisa karakteristik
tanahnya.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengenal karakteristik sifat kimi, fisika, dan biologi tanah
melalui
analisa karakteristik
morfologi tanah.
2.
Mahasiswa dapat Mempelajari bahan
asal batuan, mineralogi, serta tanahnya.
3.
Mahasiswa dapat mengklasifikasikan
jenis tanah berdasarkan analisa karakteristik tanahnya.
2. PEMBAHASAN
4.1 Unit 1 (Kaki Lereng
Gunung Bromo)
Formasi Geologi
Dahulu 11 ribu tahun yang lalu
terdapat gunung api yang sangat besar (super volcano) yang dasarnya berada pada
dasar lautan yang konon letusannya dapat memisahkan pulau Sumatra dengan pulau
Jawa. Dari hasil letusan gunung tersebut terbentuk kaldera yang sangat besar
seperti halnya letusan Gunung Tengger yang juga membentuk kaldera, dimana
letusan gunung ini yang memiliki ketinggian kuranng lebih 4000 m terjadi
sekitar 2 ribu tahun yang lalu. Pada letusan gunung api ini terjadi letusan
paroksisma, yakni magma yang dikeluarkan bersifat kental akibat kadar silika
yang tinggi kurang lebih 50-60% kandungan silika. Magma ini tergolong
intermdier karena berasal dari campuran lempeng basaltik dengan
granitik/lempeng asia. Terdapat semenanjung yang berupa daratan melayu/ malaya
yang menyambung dengan Sumatra dan Jawa-Kalimantan yang dulunya dalam 1 benua
besar, hanya bagian tengahnya lebih rendah. Lempeng basaltik dengan
granitik/masam melebur karena ada gesekan lempeng hingga terbentuk magma
basaltik hingga intermedier tergantung dari banyaknya lemprng
basaltik/granitiknya. Klasifikasi batuan beku terdapat keluarga liparit-diorit,
pada batuan beku di kaki mlerenng Gunung Bromo ini merupakan masuk dalam
keluarga andesit-diorit. Letusan Gunung Tengger akhirya menghasilakn kaldera
yang di bagian tengahnya menghasilkan pulau-pulau dan gunung-gunung,
diantaranya Gunung Batok dan gunung Bromo.
Di daerah ini merupakan formasi tua yang dicirikan dengan batuan yang
berwarna kelabu tua merupakan batuan basa intermedier.
Bahan Asal/Induk
Produk letusan batuan
basaltik dari kaldera menghasilkan gunung-gungun api salah satunya adalah
Gunung Bromo. Terdapat 2 material yang yang terbentuk pada letusan Gunung Tengger ini, yakni material tua dari
Tengger dan mateial muda (Gununng Bromo dan Batok), dimana masih terdapat
pasir-pasir yang masih segar. Terdapat kejadian speroidal weathering, yakni kejadian dimana terdapat aliran larva
setelah dingin akan mengkerut (pelapukan yang memmbentuk speroidal, membulat
dan berlapis-lapis). Terjadinya massa batu larva yang masif, retak-retak, dan
polygonal yang meruncing pada bagian sudut karena adanya gejala speroidal wethering maka batuan terlihat
membulat. Abu vulakan di tengger bersifat fitrik/fitrous seperti kaca yang
artinya merupakan bahan yang non kristalin/amorf yang didominasi batu krikil,
pasir, dan debu. Kalau diperhatikan pasir disini porus, kalaumelapuk pasir akan
menjadi mineral silikat sekunder menjadi mineral lempung alofan/lempung non
kristalin. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah puncak gunung berwarna hitam
akibat kompleks bahan organik dan alofan. Di kaki larenng gunung Bromo juga
ditemukan batuan mineral alofan tetapi telah melapuk lnjut, karena kondisinya
yang jauh dari puncak Bromo, yakni abu vulcanik fitrik. Di lerng atas tedapat
endapan piroklastik hingga masih banyak jenis-jenis tanah entisol di daerah
tersebut. Tanah di kaki lereng gunung Bromo ini merupakan timbunan yang masih
belum mengalami differensiasi horizon. Pada tanah ini telah mengalami
pedogenesis yang berasal dari pasir menjadi mineral lempungan. Dikatakan batuan
larva karena terdapat gejala vulkanisme (bergeraknya magama dari dalam gunung
menju keluar permukaan gunung), dengan cirinya kaya akan unsur Mg dan Ca yang
disebut batuan Ferromagnesia dan berkristal kcil-kecil karena mengalami
pembekuan di luar gunung api an tidak sempat membentuk kristal besar.
Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah
Horizon pada tanah ini adalah O, A, Ap, Bargilik
(Ba), C, dan R. Terdapat abu vulakanik yang mengalami pelapukan lanjut menjadi
mineral lempung yang agak ke bagian bawah, dinamakan proses ligsifiasi adalah proses pengangkutan mineral
lempung pada bagian bawah horizon O dan A, karana ciri-cirinya terlihat pada
horozon B yang terasa lengket jika dipegang. Pada bagian atas masih terlihat
berwarna kehitaman, dengan kadar clay yang meningkat pada bagian horizon
B/horizon bagian bawah. Jika digambarkan seperti perut membuncit/spt orang
hamil, yakni meningkatnya lempug pada horizon B dan menurun kadar lempungnya
jika semakin kebawah. Maka meningkatnya kadar clay/lempung pada horizon B ini
disebut Btekstural (Bt). Jika diklasifikasikan, maka jenis tanahnya adalah
jenis tanah alfisol yang masih
berppotensi mmenjadi ultisol. Hakkat dari klasifikasi sendiri adalah beranngkat
dari karakteristik akibat proses pedogenesis dari faktor genesis (bahan induk, topografi, vegetasi, organisme , dan
waktu).
Potensi Tanah
Drainase pada tanah ini
tergolong baik, dengan dicirikan tedak terdapat karatan (Fe dan Mn) dan
perakarannya dalam mnecapai > 90 cm. Jika diibaratkan drainase dan
permeabilitas pada tanah ini buruk,
maka akan terjadi reduksi/ kekurangan O2 dan Fe dilarutkan serta Fe
akan mengikuti kapiler jika pada musim kemarau, sampai diatas kondidinya makin
oksidatif dan Fe akan mengendap di retaka-retakan, lubang-lubang bekas
perakaran dan organisme tanah, sehingga akan membertuk warna karatan (iron
motors)/ kuning-merah. Jika kedalamnnya dangkal, maka akan jenuh air dan rejim
kelambapannya aquik, jika alfisol yang aquik, maka sub ordernya adalah aqualf,
dan yang jika tidak terdapat karatan disebut udalf/udik. Hal-hal inilah yang
menginformasikan menejeman lahannya.
4.2 Unit 2 (Raci)
Pada tanah di daerah
Raci terdapat gundukan-gundukan mikro relief yang dibagian atasnya terllihat
spesifik struktur poligonal kecil-kecil yang disebut Kaoli flower (bunga kol)/brokoli. Terbentuk karena proses
pengembangan dari bawah, dimana puncak dari pengembanga tejadi pada puncak musim
hujan. Hal ini terjadi karena tanah-tanah di daerah Raci didominasi oleh
mineral lempung monmorilonit. Di
daerah ini tanahnya mengembang lebih lanjut karena iklimnya lebih kering jika
dibandingkan dengan daerah atas. Dan jenis tanah di daerah Raci ini adalah
jenis tanah Vertisol. Bahan induk
sama seperti di bagian atas yang tadi, yakni meneral lempung silikat/ pasir
piroklastik. Pada tanah ini sering ditemui kongresi kapur. Drainase tanah ini
buruk, karena jika terjadi hujan maka tanah ini akan mngembang dan air tidak
dapat mengalir kebawah, melainkan menyamping dan terakumulasi di bagian dalam
tanah serta tidak dapat lolos kebawah. Pada tanah ini unsur K tidak tersdia,
karena ukuran unsr K relatif sama dengan ukuran kisi-kisi mineral lemppung
monmorilonit, maka unsur K akan tejerapdi dalam tanah walaupun tanah dalam
kondisi kering dan basah unsur K tetap tidak tersedia untuk tanaman. Sedangkan
vegetasi yang mendominasi adalah tanaman semi-xerofita/semi kering seperti
mangga, akasia, dan legume-legume yang tahan kering.
4.3 Unit 3 (Tanah Hitam di
Bawah Daerah Raci)
Tanah didaerah ini
merupakan tanah yang berasal dari bahan-bahan yang diangkut dari atas yang
dapat berupa larutan maupun padatan. Larutan merupakan lapukan primer (silika)
berupa Ferromagnesia dan plagioklas basa yang kaya akan Ca yang merembes tecuci
di daerah ini dan terkumpul, begitu pula mineral silika yang lapuk (SiO4). Ion
silika bertemu Al, Mg, dan Ca yang mengandung banyak silika dan basa serta
mengalami kristalisasi, hingga terbentuklah mineral lempung monmorilonit. Di
daerah ini didukung oleh iklim yang agak kering, artinya derajad pencucian
berlngsung lambat, sehingga lebih mneguatkan akumulasi lempung. Sedangkan di
daerah atas tidak terbentuk mineral lemppung monmorilonit karena di dareh atas
pderajad pencucian berlangsung cepat, hingga di bagian atas dicirikan dengan
warna yang agak coklat sedangkan di daerah bawah berwarna hitam, karena diatas
tingkat oksidasinya labih tinggi daripada di bagian bawah. Kajadian ini
diakarnakan basi yang teroksidasi dari Ferro mjd Ferri, warna kuning-merah
hingga terlihat coklat. Tidak terdapat karatan di daerah ini karana tanah ini
lebih sering tergenang jika dibandingkan dengan daerah yang berada di atas.
Pedogenesis dan Klasifikasi
Tanah
Warna hitam di tanah
ini dakibatkan karena lapukan bahan organik yang tirikat oleh kisi mineral
lempung monmoriloninit, meski dalam keadaan kring tanahakan tetap terlihat
berwarna hitam. Konsistensi tanah sangat lekat jika basah, dan jika kering
tanah akan keras. Tanah ini hanya bersifat vertik belum tentu dikatakan sebagai
jenis tanah vertisol, karena tidak ditemukan profil tanah di lokasi praktikum,
oleh karena itu tanah di daerah ini belum dapat dipastikan jenis tanahnya,
karena bisa saja jenis tanah di daerah ini hanya jenistanah inceptisol yang
bersifar vertik bukan vertisol.
4.3 Tanah Aluvia Marine
(Pasang Surut di Probolinggo)
Tanah
di daerah ini dicirikan dengan warna kelabu, terdapat sisa-sisa cangkang
kerang, dan teksturnya lempung berpasir. Formasi pasir ini berasal dari laut
yang sering disebut sebagai Beach Redge
(gundukan-gundukan tanah diantara tanah pasang surut) yang terbentuk dari
proses abrasi dan sementasi dari darat yang dihantam oleh ombak laut, sehingga
topografi agak tinggi dari sekitarnya. Biasanya beach redge dijadikan
sebagaitempat tingal kepiting, kerang, dan organisme lainnya. Disana terdapat
gundukan-gundukan yang disebut sebagai gillgae/crack
mount dengan kandungan mineral yang ada didalamnnya adalah lumpur sulfida
yang bnyak mengandung pirit.
Pedogenesis dan Klasifikasi
Tanah
Di daerah ini piritnya tergolong
sedikit. Pirit ini dapat di sebabkan oleh bakteri khusus, yakni Thiobacilluc peroksida sp yang dapat
membuat pirit. Mineral lempung besi ferro direduksi oleh bakteri inin menjadi
pirit dan belerang dalam kondisi reduksi dan disenyawakan dengan ferro,
sehingga menjadi ferrosulfida (pirit)/ FeS2 yang mendominasi lapisan bawah dari
lumpur di formasi aluvio marine yang disebut sulfat masam potensial, karena
masih dapat berubah masam jika pirit dioksidasi. Crack mount mengindikasikan
bahwa jikaterbentuk karatan kuning, maka didalamnya banyak mengandung
pirit/senyawa besi sulfat/cat clay. Kelas tanahnya dari lumpur Aluvio Marine
yang masih asli adalah jenis tanah entisol, sedang yang terbentuk
secara fluviomarine yang berlapis-lapis disebut entisol fluven,sedagkan
yang terdapat pirit didalamnya termasuk dalam entisol sulfaquen.
Pengelolaan
Pengelolaan tanah pirit harus
tetap dalam kondisi reduktif agar tidak teroksidasi, karenajika teroksidasi mak
pH akan turun sangat cepat. Metode keduadioksidasi dengan cepat lalau
didrainasi, akan tetapi prosesnya lama unutk didrainase dan onngkosnya sangat mahal. Hal ini
mengindikasikan pistol clane (daratan daerah pantai).
3.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data-data yang
telah didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Terdapat proses-proses pedogenesis
pada tanah di lereng kaki Gunung Bromo.
2.
Bahan asal batuan di daerah lereng
kaki Gunung Bromo adalah abu vulkanik fitrik.
3.
Jenis tanah bervariasi mulai dari
bagian atas hingga bagian bawah, yakni entisol, alfisol, inceptisol vertik,
vertisol, hingga entisol fluven dan sulfaquen.
3.2
Saran
Untuk
praktikum selanjutnya diharapakan peralatan yang dibawaharus dipersiapkan untuk
mnganalisis tanah di lapang. Sebaiknya fieldtrip dijadikan bermalam, sehingga
hasil analisa tanahnya akan lebih leluasa dan tidak dikejar-kejar waktu.
No comments:
Post a Comment