I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih merupakan
faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih
berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi.
Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk
kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari
pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan.
Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih
proses budidaya tidak akan berjalan.
Proses
budidaya tanaman akan dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas bila dalam
proses budidaya tersebut menggunakan benih yang berkualitas dan sehat. Benih
yang sehat memiliki arti bahwa benih tersebut bebas dari kontaminasi mikroba
yang merugikan dimana nantinya dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan benih.
Banyaknya
jenis penyakit tanaman penting yang merugikan berasal dari benih yang telah
terinfeksi sebelumnya yang menjadi sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih
yang terinfeksi patogen dapat merupakan sumber patogen penting di lahan
pertanaman. Penularan penyakit dari benih ke kecambah menyebabkan terjadinya
infeksi primer dan merupakan sumber infeksi untuk tanaman sekitarnya. Patogen
yang terbawa benih mempunyai arti penting jika ia berhasil menular ke tanaman
yang berasal dari benih itu sendiri atau ke tanaman sekitarnya. Untuk mengatasi
masalah tersebut, maka penggunaan benih berkualitas baik yang tidak mengandung
patogen yang merugikan merupakan salah satu cara yang sangat dianjurkan.
Langkah ini juga termasuk ke dalam langkah awal pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan.
Banyak
patogen yang terbawa oleh benih bersifat fatogenetik. Penyakit yang ditimbulkan
oleh patogen tersebut dapat menyerang benih, kecambah, tanaman muda maupun
tanaman dewasa. Dari berbagai jenis patogen terbawa benih, patogen dari
golongan fungi telah dilaporkan mencapai jumlah kasus yang paling banyak.
Propagul patogen dapat terbawa benih dengan berbagai cara yaitu pada permukaan
benih, di dalam jaringan, dan bersama benih dimana tidak terjadi hunbungan erat
antara propagul dan permukaan benih. Untuk mendapatkan benih yang bebas
kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian kesehatan benih. Pentingnya
uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang disebabkan oleh keberadaan
patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan
demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Benih dapat menjadi pengantar
baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada
sebelumnya. Pengujian kesehatan benih akan mendeteksi dan dapat mengurangi kontaminasi
patogen pada benih tersebut sehingga dapat mengurangi resiko penurunan hasil
produksi tanaman.
1.2
Tujuan
Pada praktikum ini tujuan yang hendak
dicapai antara lain :
1. Mengetahui cara-cara pengujian
kesehatan benih.
2. Mengetahui adanya propagul patogen
yang terbawa benih.
3. Mengetahui kesehatan benih.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan benih
terutama ditandai oleh ada tidaknya penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus dan penyakit yang disebabkan
oleh hewan seperti cacing dan serangga, atau secara fisiologis karena adanya
kekurangan unsur mikro. Semua patogen tanaman dapat terbawa oleh benih karena
benih dapat terinfeksi patogen baik ketika masih di tanaman induk,
terkontaminasi pada waktu diproses maupun di dalam rantai pemasaran. Patogen
yang menginfeksi benih dapat menyebabkan benih menjadi :
a. Berubah secara fisik dan kimiawi
b. Berkecambah secara abnormal
c. Tidak dapat berkecambah
d. Kecambahnya tidak mampu muncul
kepermukaan lahan
e. Hasil pengujian viabilitas kecambahnya
jadi terpengaruh.
Patogen yang terbawa
oleh benih dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan yaitu :
a. Cendawan
Merupakan patogen yang
paling banyak terbawa dan menginfeksi benih. Patogen ini memiliki kasus terbanyak dalam
penginfeksian terhadap benih.
b. Bakteri
Bakteri yang
menginfeksi benih biasanya sangat tahan terhadap kekeringan. Bakteri ini
terdapat pada bagian hilum atau pada bercak – bercak yang di permukaan kulit
benih. Bakteri yang ditularkan melalui benih adalah tergolong dalam genis
Cory-nebacterium, Pseudomonas, dan Xanthomonas.
c. Virus
c. Virus
Virus yang menginfeksi
benih biasanya ditularkan oleh tanaman induk. Dengan demikian virus tersebut
terdapat dalam jaringan benih. Meskipun demikian seringkali pula tedapat virus
yang terdapat pada permukaan benih.
d. Nematoda
d. Nematoda
Nematoda tercampur ke
dalam benih bersama-sama dengan kotoran yang ikut terbawa pada waktu benih
tersebut menjalani prosesing.
Patogen yang menginfeksi benih dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a. Seed bornediseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan oleh tanaman induk.
a. Seed bornediseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan oleh tanaman induk.
b. Seed transmitted diseases ialah
inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan ke tanaman lain di lahan.
c. Seed contamination diseases ialah
inokulum yang terdapat pada benih yang berasal bukan dari tanaman induk.
Pengujian kesehatan
dapat dilakukan atas permintaan dari pengirim beni h atau pelanggan. Pengujian
hanya dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme tertentu atau penyakit
fisiologis tertentu. Estimasi jumlah benih yang terserang dilaksanakan sebaik
mungkin sesuai dengan ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang digunakan. Apabila
contoh yang dikirim telah mendapat perlakuan (seed treatment) dengan pestisida
atau perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkanya, karena hal ini mungkin
akan mempengaruhi determinasi dan evaluasi pengujian kesehatan benih. Pengujian
kesehatan benih harus dilakukan dengan menggunakan metode dan alat yang sudah
dipastikan kelayakannya untuk digunakan. Metode yang digunakan tergantung pada
jenis patogen atau kondisi yang akan diamati, jenis benih, dan tujuan
pengujian.
Patogen yang terdapat
pada benih memerlukan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan
menghasilkan spora. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian
kesehatan benih harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang
pertumbuhan patogen. Hal ini sangat penting agar patogen tersebut dapat
diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih. Berbagai metode
pengujian yang telah ada mempunyai kepekaan dan kemungkinan untuk diulang dengan
metode yang berbeda. Disamping itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang
berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung dari jenis patogen
atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan maksud dari
pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan
pengetahuan dan pengalaman.
Pada pengujian
kesehatan benih terdapat beberapa metode dasar yaitu :
a. Metode tanpa inkubasi
a. Metode tanpa inkubasi
1) Metode pengamatan langsung terhadap
benih tanpa bantuan peralatan atau dengan menggunakan bantuan kaca pembesar
(lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo.
2) Pengujian dengan perendaman benih
3) Pengamatan terhadap suspensi dari
pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode setelah inkubasi
Hasil pengujian ini
tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap-tiap benih
dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain.
Kemudian petridis tersebut disimpan pada suatu ruangan atau lemari khusus
selama masa inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20
±2)ºC, kecuali pada benih tanaman tropika diperlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat
juga dilakukan dengan cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode
blotter) benih diinkubasi pada kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian
benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih
diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan. Untuk merangsang sporulasi cendawan
sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan lampu NUV dan secara bergantian
diatur terang gelap masing – masing 12 jam. Setelah masa inkubasi selesai benih
diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50- 60 kali. Benih
yang sangat mudah terkena kontaminasi dengan saprofit perlu diberikan perlakuan
dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum diuji.
Pengamatan terhadap
benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat dilakukan dengan metode
:
1. Metode saring/hisap
Metode kertas ini dapat
digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen yang dapat diketahui dengan
metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta, Botrytis, Colletotrichum,
Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala penyakit dan miselium yang
terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk membedakan jenis tanaman dari
cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi cendawan patogen dengam cepat
dan tepat karena setiap jenis tanaman menunjukan karakteristik masing – masing
seperti bentuk dan aturan dan spesifik dari konodiospora dan sebagainya.
2. Metode agar
Di banding metode
blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memadai untuk tumbuhnya sporulasi
atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih di letakan pada media agar
di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan adalah malt ekstract dan
potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan jasad saprofit maka benih
didesinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media agar. Masa inkubasi
adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di lengkapi dengan
lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam. Pengamatan persentase
(%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan melihat bentuh dan
warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut. Apabila kurang
jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.
III.
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktikum Pembiakan Tanaman 2 dengan judul “Pengujian Kesehatan Benih”
dilaksanakan pada hari rabu tanggal 18 November 2009 di Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
a. Sampel benih (padi, kedelai, jagung,
kacang tanah) dengan sertifikasi dan benih tanpa sertifikasi
b. Aquades
c. Alkohol
d. Media PDA
c. Kertas filter steril
3.2.2
Alat
a. Cawan petri
b. Tabung reaksi
c. Pot plastik
d. Tanah steril
e. Pinset
f. Kaca pembesar
g. Mikroskop
h. Mikroskop binokuler
3.3
Cara Kerja
a.
Pemeriksaan benih kering
1. Mengamati sampel benih secara visual
atau dengan bantuan alat kaca pembesar.
2. Mengamati ada tidaknya propagul
patogen pada permukaan benih antara lain miselium, spora, badan buah, serangga
dan kotoran lainnya yang terbawa benih.
3. Mengamati adanya kelainan bentuk pada
benih seperti keriput, bercak-bercak.
4. Mengamati spora yang ditemukan pada
permukaan benih dengan menggunakan mikroskop.
5. Memasukkan dalam tabel hasil
pengamatan yang ditemukan pada masing-masing asal benih untuk memperjelas spora
yang ditemukan.
b.
Pemeriksaan Suspensi yang Diperoleh dari Pencucian benih
1. Mengambil sampel benih sebanyak 100 g
ditambah 150 ml aquades dan dikocok/digojog selama 15 menit.
2. Mengamati suspensi hasil pecucian
apakah terdapat propagul yang terbawa benih dengan menggunakan mikroskop.
3. Mengamati spora yang ditemukan pada
suspensi benih dengan menggunakan mikroskop. Memasukkan dalam tabel untuk
memperjelas spora yang ditemukan di dalam jaringan benih pada masing-masing
asal benih.
c.
Metode Kertas hisap
1. Menyiapkan cawan petri yang telah
dialasi kertas hisap dan sampel benih.
2. Memberi perlakuan
alkohol 70 % pada permukaan benih agar tidak terkontaminasi gangguan fungi
saprofit.
3. Meletakkan benih
pada cawan petri.
4. Melakukan inkubasi
benih selama 6-7 hari dilakukan di ruangan yang diberi penyinaran UV selama 12
jam dan 12 jam gelap.
5. Mengamati spora yang
ditemukan pada permukaan kertas saring dengan menggunakan mikroskop lalu
memasukkan data ke dalam tabel.
d.
Metode agar
1. Menyiapkan cawan
petri, media PDA dan sampel benih.
2. Menuangkan media PDA ke dalam petri dengan
didekatkan pada api secara steril.
3. Memberi perlakuan
natrium hipoklorit pada benih agar tidak terkontaminasi mikroba lainnya.
4. Meletakkan benih
pada cawan petri yang telah berisi media PDA.
5. Melakukan inkubasi
benih pada media PDA selama 6-7 hari
6. Mengamati spora yang
ditemukan pada permukaan media agar dengan menggunakan mikroskop lalu data yang
diperoleh dimasukkan ke dalam tabel.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi
dengan Metode Benih Kering
Benih Sehat sebanyak
28,6 grm
Persentase
=

57,2 %
Benih
Sakit sebanyak 21,4 grm
Persentase
= 

42,8 %
Hasil Pemeriksaan Suspensi Pencucian Benih


Konidia 750 x
Data
Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi dengan Metode Kertas Hisap
hari ke-
|
Benih Normal
|
Benih Mati
|
Jumlah Jamur
|
1
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
3
|
10
|
-
|
-
|
4
|
12
|
-
|
-
|
5
|
12
|
-
|
2
|
6
|
12
|
-
|
2
|
7
|
12
|
8
|
2
|
Benih rusak : 8 biji
Persentase benih terkena hama = 

= 40
%
Persentase Benih berkecambah = 

= 60 %
Data
Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi dengan Metode Agar
Hari ke-
|
Jumlah benih yang berjamur
|
Ukuran (cm)
|
Warna
|
Keterangan
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
1
|
2,3
|
Hitam
|
Mucor
|
6
|
2
|
2,5
|
Hitam
|
Mucor
|
0,5
|
Hitam
|
Mucor
|
||
7
|
2
|
4
|
Hitam
|
Mucor
|
0,4
|
Hitam
|
Mucor
|
Benih rusak : 2 Biji
Persentase benih rusak = 

= 10 %
Persentase Benih Berkecambah = 

= 90 %
4.2
Pembahasan
Benih merupakan
faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih
berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi.
Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk
kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari
pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan.
Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih
proses budidaya tidak akan berjalan. Banyaknya jenis penyakit tanaman penting
yang merugikan berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang menjadi
sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat
merupakan sumber patogen penting di lahan pertanaman.
Untuk
mendapatkan benih yang bebas kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian
kesehatan benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang
disebabkan oleh keberadaan patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan
dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan baik secara kualitas maupun kuantitas hasil.
Pada
praktikum ini, benih yang diuji adalah benih padi non sertifikasi. Metode pengujian kesehatan benih yang
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan benih kering
Sampel
benih diamati secara visual atau dengan bantuan kaca pembesar. Pengamatan
ditujukan terhadap adanya propagul patogen pada permukaan benih antara lain
miselium, spora, badan buah, serangga, dan kotoran lainnya yang terbawa benih.
Selain itu juga diamati adanya kelainan bentuk seperti keriput, adanya
bercak-bercak dan sebagainya. Dari hasil pengamatan diharapkan dapat
diperkirakan adanya propagul patogen pada sampel benih dan dengan melihat
bentuk sporanya, dapat diketahuijenis fungi yang terbawa benih.
2. Pemeriksaan suspensi yang diperoleh
dari pencucian benih
Pada
metode ini, sampel benih diambil sebanyak 100 g kemudian ditambahkan 150 ml
aquades lalu dilakukan pengocokan/dijojog pada wadah tertentu selama 15 menit.
Suspensi hasil pencucian benih nantinya akan diamati kemungkinan adanya
propagul yang terbawa benih. Pengamatan propagul patogen dilakukan dengan
bantuan mikroskop.
3. Metode kertas hisap
Metode
kertas didasarkan pada pertumbuhan kecambah dan propagul patogen. Sejumlah
benih ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi beberapa lapis kertas
hisap yang telah dilembapkan. Benih diusahakan agar tata letaknya teratur dan
tidak terlalu berdekatan. Dengan adanya pertumbuhan fungi pada permukaan benih,
maka dapat diidentifikasi jenis fungi dengan melihat bentuk, warna, susunan,
dan ukuran sporanya, tempat pembentukannya dan sebagainya. Penginkubasian
dilakukan selama 6-7 hari dalam ruangan yang diberi penyinaran NUV selama 12
jam dan 12 jam gelap secara bergantian selama 6-7 hari. Pada metode ini benih
juga diberi desinfektan berupa asam laktat agar fungi saprofit tidak tumbuh
sehingga tidak mengganggu pengamatan nantinya.
4. Metode agar
Metode
ini didasarkan pada pertumbuhan koloni fungsi yang dapat diamati secara
mikroskopis. Sejumlah benih ditempatkan secara aseptik pada medium biakan kemudian
ditempatkan dalam ruangan inkubasi seperti yang dilakukan pada metode kertas
hisap.
![]() |
Pelaksanaan metode ini dapat lebih cepat dilakukan
dibandingkan dengan metode kertas hisap, tetapi akan memerlukan waktu lebih
lama untuk mempersiapkannya. Untuk mengurangi kesulitan akibat kemungkinan
tumbuhnya fungi saprofit maka benih diberi desinfektan berupa asam laktat pada
permukaan benihnya.
Berdasarkan hasil pengujian pada masing-masing benih padi
non sertifikasi yang diuji dengan metode-metode diatas diperoleh hasil bahwa pada
masing-masing metode yang dilakukan diperoleh benih yang terkontaminasi oleh
patogen. Pada metode pemeriksaan benih kering diperoleh hasil sebagai berikut :
Benih Sehat sebanyak
28,6 grm
Persentase
=

57,2 %
Benih
Sakit sebanyak 21,4 grm
Persentase
= 

42,8 %
Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel benih
yang diuji dengan metode ini kualitasnya rendah. Pemeriksaan dan penyeleksian
benih padi didasarkan oleh terdapatnya propagul patogen patogen pada permukaan
benih dan kelainan bentuk. Kebanyakan benih padi yang diperiksa pada praktikum
ini lebih menunjukkan kualitas yang rendah akibat adanya bercak-bercak dan
bijinya tidak berisi sehingga dapat digolongkan ke dalam benih sakit. Sedangkan
benih yang sehat memiliki keras dan berisi serta tidak ada kelainan bentuk atau
bercak-bercak.








![]() |
![]() |
||||
![]() |
1. Konidia 750 x 2
Hasil ini menunjukkan
bahwa hasil suspensi pencucian benih padi
juga ditemukan propagul patogen jamur. Propagul patogen ini kemungkinan
berasal dari permukaan benih yang kemudian bercampur dengan hasil suspensi.
Gambar diatas diperoleh dari pengamatan hasil suspensi dengan menggunakan
mikroskop. Bentuk dari propagul yang terlihat berbentuk bulat lonjong panjang.
Gambar 2 merupakan bentuk yang terlihat langsung pada mikroskop. Sedangkan
gambar 1 merupakan hasil pembesaran sebanyak 750 kali.
Pada metode kertas hisap diperoleh hasil sebagai berikut :
Benih rusak : 8 biji
Persentase benih terkena hama = 

= 40
%
Persentase Benih berkecambah = 

= 60 %
Hasil ini menunjukkan bahwa benih padi yang diberi
perlakuan inkubasi selama 7 hari menunjukkan tumbuhnya jamur pada benih. Namun
pada perlakuan ini beberapa benih padi masih banyak yang dapat berkecambah
normal. Jamur yang tumbuh pada padi yang terserang merupakan jamur mucor yang
berwarna hitam. Pada metode ini dapat disimpulkan bahwa beberapa benih padi
masih dapat berkecambah disamping adanya kontaminasi jamur pada benih lainnya.
Pada metode agar diperoleh hasil sebagai berikut :
Benih rusak : 2 Biji
Benih berkecambah : 0
Jumlah jamur : 2 ( 1 besar dan 1 kecil)
Besar : 4 cm
Kecil : 0,4 cm
Persentase benih rusak = 

= 10 %
Persentase Benih Berkecambah = 

= 0 %
Pada metode ini, patogen yang terbentuk adalah jamur
mucor yang berwarna hitam. Pada metode ini jamur mucor tumbuh subur. Jamur
mucor ini terbentuk mulai hari ke-5 dan semakin besar sampai hari ke-7.
Kemudian pada hari hari ke-6 jamur mucor terbentuk pada 1 benih lagi. Sedangkan
benih yang tidak berkecambah tidak ada.
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa benih padi non sertifikasi ini cukup banyak mengandung
kontaminasi patogen yang berupa jamur dan benih padi yang diuji ini termasuk
benih yang tidak sehat sehingga perlu dilakukan sterilisasi sebelum digunakan
untuk penanaman.
V.
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara
lain :
1. Pengujian kesehatan
benih dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pemeriksaan benih
kering, pemeriksaan suspensi pencucian benih, metode kertas hisap, dan metode
agar.
2. Masing-masing benih
padi non sertifikasi yang diuji pada 4 metode yang dilakukan menunjukkan
terdapatnya kontaminasi terhadap patogen penyebab penyakit.
3. Benih padi non
sertifikasi yang diuij termasuk benih padi yang tidak sehat.
5.2
Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan agar pelaksanaannya
dilakukan dengan baik sehingga hasil pengujian kesehatan benih dapat lebih
akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisarwanto. 1999. Meningkatkan
Produksi jagung di Lahan Kering, sawah, dan Pasang Surut. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Buletin AgroBio. 2000. Kajian Metode Skrining Padi
Tahan Kekeringan. Jurnal
Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2000, diakses pada tanggal 25 Oktober 2009.
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2000, diakses pada tanggal 25 Oktober 2009.
Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta
: Penerbit Andi Yogyakarta.
Mugnisjah, Wahyu Qamara, Dr. Ir. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bogor : Penerbit IPB.
Sutopo,
L. 2002. Teknologi Benih. Malang. Fakultas Pertanian UNIBRAW.
Wirawan,
B., Sri W. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat Padi, Jagung, Kedelai, Kacang
Tanah, Kacang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.
No comments:
Post a Comment