
LAPORAN
PRAKTIKUM
EVALUASI
SUMBER DAYA LAHAN
EVALUASI
KARAKTERISTIK, KEMAMPUAN, DAN KESESUAIAN
LAHAN DI KAKI LERENG
GUNUNG
BROMO
Oleh
:
ANDIKA
SEPTA S.B.H.
081510501139
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2011
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Lahan
merupakan kesatuan berbagai sumberdaya daratan yang saling berinteraksi
membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan
ditentukan oleh macam sumberdaya yang merajai dan macam serta intensitas
interaksi yang berlangsung antar sumberdaya. Pembangunan dan perkembangan suatu
daerah tidak akan terlepas dari sumberdaya yang dimiliki oleh daerah itu
sendiri. Smberdaya tersebut diantaranya yaitu sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya binaan. Sumberdaya alam sendiri terbagi menjadi
sumberdaya air, sumberdaya tanah, sumberdaya hutan dan sumberdaya
mineral. Penggunaan yang optimal memerlukan
keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Dalam hal ini, sumberdaya lahan
termasuk kedalam sumberdaya alam yang menjadi salah satu faktor penting dalam
menentukan pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Sumberdaya
lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena
lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah
satu tipe penggunaan lahan yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam
tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian untuk mendapatkan
hasil-hasil pertanian dan ternak (Hardjowigeno, 1985).
Perlu
suatu tindakan evaluasi lahan untuk mengetahui kapasitas, kesesuaian lahan
serta kemampuan lahan agar perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu
daerah dapat berjalan berkesinambungan. Lahan di kaki lereng Gunung Bromo
merupakan areal yang sangat berpotensi baik dalam bidang pertanian dan non
pertanian. Karena berada di daerah lareng gunung bromo yang mengandung banyak
material letusan gunung berapi, sebagian besar lahan sangat bagus untuk
dikembangkan dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui potensi ini maka perlua
adanya kajian tentang kemampuan dan kualitas lahannya sebagai acuan dalam
penggunaan lahan. Penggunaan lahan sendiri berhubungan dengan sumber daya
manusianya dalam mengelola lahannya, difungsikan untuk apa lahannya, tindakan
apa saja yang perlu dilakukan dengan kondisi lahannya, serta usaha-usaha apa
saja yang harus dilakukan dalam memperbaiki kondisi lahannya. Nah untuk
menjawab hal tersebut, maka penting sebelum mengambil keputusan pnggunaan lahan
untuk dilakukan evaluasi lahan terlebih dahulu agar penggunaan lahan dapat
optimal tampa mengurangi keseimbangan agroekosistem di dalamnya.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui karakteritik,
kemampuan, dan kesesuaian lahan di kaki lereng
Gunung Bromo.
2. Menentukan arahan penggunaan
lahan yang tepat di lahan kaki Gunung
Bromo.
1.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui karakteristik,
kemampuan, dan kesesuaian lahan di kaki
lereng unung Bromo
2. Dapat menentukan arahan
penggunaan lahan yang tepat di lahan kaki Gunung
Bromo.
BAB 2. TINJUAN PUSTAKA
Lahan
merupakan kata yang diartikan dari bahasa inggris yaitu land. Istilah
lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap
karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan
manusia (Christian dan Stewart, 1968). Secara lebih rinci, istilah lahan
atau land dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup
semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang
berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan
induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya
itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan
di masa mendatang (Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976). Lahan dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang
sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang
sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya
merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang
menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976). Selain itu,
lahan juga memiliki arti ruang atau tempat. Sehingga kata lahan bisa disetarakan
maknanya dengan kata land. (Arsyad, 1989)
Evaluasi
sumberdaya lahan diartikan sebagai rangkaian proses penilaian atau keragaan
lahan jika untuk tujuan tertentu yang meliputi pelaksanaan dan intyerpretasi
survey dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya
agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan
yang mungkin dikembangkan. (FAO, 1976). Brinkman dan Smyth (1973)
mendifinisikan evaluasi lahan sebagai proses penelaahan dan interpretasi data
dasar tanah, vegetasi, iklim dan komponen lainnya agar dapat mengidentifikasi
dan membuat perbandingan pertama antara berbagai alternatif penggunaan lahan
dalam term sosial-ekonomi yang sederhana. Konsepsi ini telah
dikembangkan lebih lanjut oleh Soepraptohardjo dan Robinson (1975), yang telah
mengemukakan beberapa faktor penting lainnya, yaitu kedalaman efektif tanah,
tekstur tanah di daerah perakaran, pori air tersedia, batu-batu di permukaan
tanah, kesuburan tanah, reaksi tanah, keracunan hara, kemiringan, erodibilitas tanah,
dan keadaan agro klimat. Manfaat
dari adanya evaluasi lahan yaitu memberikan alternatif penggunaan lahan dan
batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan pengelolaan yang
diperlukan agar lahan dapat dipergunakan secara berkesinambungan sesuai dengan
hambatan atau ancaman yang dikandungnya.(Arsyad, 1989).
Evaluasi
lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan tanah atau
sumber daya lahan lainnya, melalui pendekatan interpretasi data tanah serta
fisik lingkungan untuk suatu tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan
dibedakannya macam dan tingkat pemetaan tanah, maka dalam evaluasi lahan juga
dibedakan menurut ketersediaan data hasil survei dan pemetaan tanah atau survei
sumber daya lahan lainnya, sesuai dengan tingkat dan skala pemetaannya.
Suatu
daerah yang akan dievaluasi harus dibagi ke dalam beberapa satuan peta lahan
(SPL) yang didasarkan atas satuan peta tanah (SPT) hasil survey tanah karena ia
menentukan tingkat pengamatan (survey) dan kerincian data yang akan disajikan.
(Arsyad, 1989).
Seperti halnya satuan peta tanah,
maka satuan peta (SPL) jarang yang benar-bemar homogen (Rayes, 2007), oleh
karena itu dibedakan menjadi :
1.
Macam Satuan Peta Lahan (SPL)
SPL tunggal : mengandung hanya satu jenis lahan
SPL
majemuk : mengandung lebih dari satuan jenis lahan.
2.
Mengidentifikasi Sifat dan
karakteristik lahan
Setiap
lahan memiliki karakteristik masing-masing, yaitu keadaan unsur-unsur
lahan yang dapay diukur atau diperkirakan seperti tekstur tanah, stuktur
tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, sistribusi hujan, temperature,
drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya (Arsyad, 1989). Karakteristik
lahan ini sangat mempengaruhi perilaku lahan, seperti bagaimana
ketersediaan air, pencemaran udara, perkembangan akar, kepekaan terhadap erosi,
ketersediaan unsur hara dan lain-lain. Untuk itu, diperlukan identifikasi sifat
dan karakteristik lahan untuk bahan evaluasi yang akan dilakuakan dan
pengambilan alternatif-alternatif yang akan diterapkan. Namun, karakteristik lahan
ini belum bisa menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika
dipergunakan untuk penggunaan, atau dengan kata lain ia belum dapat menentukan
kelas kemampuan lahan.
3.
Menentukan faktor taksiran
Tahapan
ini dilakuakan ketika survey sumberdaya lahan seperti pemetaan dan
mengidentifikasi karakteristik lahan telah dilaksanakan dan data telah
dianalisa. Dalam menentukan faktor taksiran harus memperhatikan faktor
pembatas, faktor yang mempengaruhi lahan dan keperluan penggunaan lahan.
Penentuan faktor taksiran dapat dilakukan dengan :
a.
Metode Parametrik : yaitu dengan memberi nilai 1-100 atau 1-10 pada setiap
sifat lahan, faktor iklim dan faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas lahan.
Kemudian setipa nilai digabungkan dengan penambahan atau perkalian dan
ditetapkan selanf nilai untuk setiap kelas dengan nilai tertinggi untuk kelas
terbaik dan nilai terendah untuk kelas terburuk.
b. Metode
Faktor penghambat : yaitu dengan mengurutkan kualitas lahan atau sifat-sifat
lahan dari yang terbaik hingga yang terburuk atau dari yang paling kecil
hambatan atau ancamannya sampai ke yang paling besar. Kemudian disusun tabel
kriteria untuk setiap kelas penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik
dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya.
4.
Evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan
Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985). Dari
berbagai tahapan diatas, maka evaluasi kesesuaian dan kemampuan lahan dapat
dilakukan berdasarkan faktor taksiran yang telah dilakukan. Pada tahap ini,
akan diketahui apakah suatu lahan telah memenuhi kesesuaian dan kemampuan lahan
untuk suatu tujuan tertentu atau tidak. Apabiila tidak, maka evaluasi ini akan
menghasilkan pilihan-pilihan alternalif untuk pengambilan keputusan dalam
sebuah perencanaan penggunaan lahan.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang ini diaksanakan pada tanggal 8
Mei 2011, bertempat di kaki lereng Gunung Bromo Kabupaten Probolinggo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pisau lapang
2. Munsell Soil Colour Charts
3. Botol film
4. pH meter (lakmus)
5. Alat pembidik ketinggian tempat
6. Kamera
7.
Aneka alat tulis
8. GPS
3.2.2 Bahan
1. Plastik
2. Label
3. Air
4. Kertas lakmus
3.3 Cara Kerja
1. Penentuan karakteristik tanah, dengan
menyandra profil tanah. Di analisis
morfologi, gejala, dan karakteristik tanahnya pada berbagai lapisan
hingga
mendapatkan data-data tanahnya.
2. Menentukan pH dilakukan dengan
menggunakan metode kertas lakmus.
3. Menentukan ketinggian tempat dengan
menggunakan alat pembidik ketinggian
Tempat.
4. Menentukan posisi Lintang dan Bujur
dengan menggunakan GPS.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kelas Kemampuan Lahan
Parameter
|
Data
|
Kelas
|
Klas Kemampuan Lahan
|
Sub Kelas
|
1. Kecuraman Lereng
|
50 %
|
E
|
VI
|
VIe
|
2. Tingkat Erosi
|
Sedang
|
e1
|
II
|
|
3. Kepekaan Erosi
|
Agk Tinggi
|
KE4
|
III
|
|
4. Tekstur Tanah
~ Lapisan Atas
~ Lapisan Bawah
|
Clay Loam
Clay Loam
|
t2
t2
|
II
II
|
|
5. Permeabilitas
|
Agk Lmbat
|
P2
|
IV
|
|
6. Kedalaman Tanah
|
90 cm
|
k1
|
II
|
|
7. Drainase Tanah
|
Agak Baik
|
d2
|
II
|
|
8. Sebaran Batuan
|
Sedikit
|
b1
|
III
|
|
9. Ancaman Banjir
|
Tidak Ada
|
O0
|
I
|
|
10. Salinitas
|
---
|
g0
|
I
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Kecuraman Lereng
~ Permeabilitas
|
|||
Pengelolaan
|
1. Melihat adanya kecuraman lereng yang mencapai
50% dan kecuraman ini tergolong agak curam, maka perlu adanya pengelolaan
tanah. Salah satunya adalah dengan membuat terasiring dengan teras-teras
bangku untuk mengurangi terjadinya erosi karena pada lahan ancaman/kepekaan
erosi tersebut tergolong agak tinggi. Pada lahan telah sesuai dengan
pengelolaan dengan membuat teras hanya saja terdapat beberapa perawatan
lahannya yang kurang.
2. Karena permeabilitasnya agak lambat maka
perlu adanya pengolahan tanah, dapat berupa pemberian berbagai bahan pembenah
tanah (bahan organik) agar neraca uadara dan air di dalam tanah berlangsung
seimbang.
3. Pengelolaan lebih lanjut adalah untuk
arahan penggunaan lahan yang harus tepat.
|
|||
Arahan Penggunaan Lahan
|
~ Tanaman makan
ternak ~ Hutan Produksi
~ Padang penggembalaan ~ Hutan lindung / Cagar alam
|
4.1.2 Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
1.
Tahunan (Kelapa, Mangga, Durian, Alpukat, Sengon, Bambu,
Cengkeh)
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Kelapa
|
t- Rejim emperatur
1. Rata-rata
temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
1.
Bulan
Kering
2.
Rata2
Curah Hujan
|
---
---
|
|
r-
Kondisi Perakaran
1. Drainase
2. Tekstur Tanah
3. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S2
|
f-
Retensi Nutrisi
1. KTK
2. pH
|
Tinggi
6-7
|
S1
S1
|
n- Ketersediaan
Hara
1. Total N
2. P2O5 tersedia
3. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
1. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
1. Lereng
2. Sebaran Batuan
3. Singkapan Batuan
4. Ketinggian
5. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S3
S2
S2
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
|
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Sengon
|
t- Rejim
emperatur
2. Rata-rata temperatur
tahunan
(0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
3.
Bulan
Kering
4.
Rata2
Curah Hujan
|
---
---
|
|
r-
Kondisi Perakaran
4. Drainase
5. Tekstur Tanah
6. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S2
|
f-
Retensi Nutrisi
3. KTK
4. pH
|
Tinggi
6-7
|
S1
S1
|
n-
Ketersediaan Hara
4. Total N
5. P2O5 tersedia
6. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
2. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
6. Lereng
7. Sebaran Batuan
8. Singkapan Batuan
9. Ketinggian
10. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S2
S2
S2
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S2
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S1rs
|
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Cengkeh
|
t- Rejim emperatur
3.
Rata-rata temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w-
Ketersediaan Air
5.
Bulan
Kering
6.
Rata2
Curah Hujan
|
---
---
|
|
r- Kondisi Perakaran
7.
Drainase
8.
Tekstur
Tanah
9.
Kedalaman
Perakaran
|
Baik,
agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S3
|
f- Retensi Nutrisi
5.
KTK
6.
pH
|
Tinggi
6-7
|
S1
S1
|
n- Ketersediaan Hara
7.
Total
N
8.
P2O5
tersedia
9.
K2O
tersdia
|
---
---
---
|
|
x- Toksisitas
3.
Salinitas
|
---
|
|
s- Kondisi Lapang
11. Lereng
12. Sebaran Batuan
13. Singkapan Batuan
14. Ketinggian
15. Letak Geografis
|
160
/ 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551
BT
|
S3
S2
S2
|
K.
Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor
Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K.
Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
2. Semusim (Pisang,
Tales, Kacang Tanah, Ketela Pohon)
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Pisang
|
t- Rejim emperatur
4. Rata-rata temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
7.
Bulan
Kering
8.
Rata2
Curah Hujan
|
---
---
|
|
r-
Kondisi Perakaran
10. Drainase
11. Tekstur Tanah
12. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S1
|
f-
Retensi Nutrisi
7. KTK
8. pH
|
Tinggi
6,0 – 7,0
|
S1
S1
|
n-
Ketersediaan Hara
10. Total N
11. P2O5 tersedia
12. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
4. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
16. Lereng
17. Sebaran Batuan
18. Singkapan Batuan
19. Ketinggian
20. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S3
S2
S2
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Tales
|
t- Rejim emperatur
5. Rata-rata temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
9.
Bulan
Kering
10. Rata2 Curah Hujan
|
---
---
|
|
r-
Kondisi Perakaran
13. Drainase
14. Tekstur Tanah
15. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S3
S1
S1
|
f-
Retensi Nutrisi
9. KTK
10. pH
|
Tinggi
6,0 – 7,0
|
S1
S2
|
n-
Ketersediaan Hara
13. Total N
14. P2O5 tersedia
15. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
5. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
21. Lereng
22. Sebaran Batuan
23. Singkapan Batuan
24. Ketinggian
25. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S3
S3
S3
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran ~ pH Tanah
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Ketela Pohon
|
t- Rejim emperatur
6. Rata-rata temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
11. Bulan Kering
12. Rata2 Curah Hujan
|
---
---
|
|
r- Kondisi
Perakaran
16. Drainase
17. Tekstur Tanah
18. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S2
|
f-
Retensi Nutrisi
11. KTK
12. pH
|
Tinggi
6,0 – 7,0
|
S1
S2
|
n-
Ketersediaan Hara
16. Total N
17. P2O5 tersedia
18. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
6. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
26. Lereng
27. Sebaran Batuan
28. Singkapan Batuan
29. Ketinggian
30. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S3
S3
S3
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
~ pH
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
Karakteristik Lahan
|
Data
|
Kesesuaian Lahan (Tanaman)
Tanaman Kacang Tanah
|
t- Rejim emperatur
7. Rata-rata temperatur
tahunan (0C)
|
---
---
|
|
w- Ketersediaan Air
13. Bulan Kering
14. Rata2 Curah Hujan
|
---
---
|
|
r-
Kondisi Perakaran
19. Drainase
20. Tekstur Tanah
21. Kedalaman Perakaran
|
Baik, agak lambat
Clay Loam
90 cm
|
S1
S1
S1
|
f-
Retensi Nutrisi
13. KTK
14. pH
|
Tinggi
6,0 – 7,0
|
S1
S1
|
n-
Ketersediaan Hara
19. Total N
20. P2O5 tersedia
21. K2O tersdia
|
---
---
---
|
|
x-
Toksisitas
7. Salinitas
|
---
|
|
s-
Kondisi Lapang
31. Lereng
32. Sebaran Batuan
33. Singkapan Batuan
34. Ketinggian
35. Letak Geografis
|
160 / 50 %
Sedikit
Sedikit
698 mdpl
7,868240 LS
113,0551 BT
|
S3
S3
S3
|
K. Kesesuaian Lahan Aktual
Sub Kelas
|
S3
rs
|
|
Faktor Pembatas
|
~ Lereng
~ Kedalaman perakaran
~ Sebaran batuan
~ Singkapan batuan
|
|
K. Ksesuaian Lhan Potensial
|
S2 rs
|
4.2
Pembahasan
4.2.1
Kemampuan Lahan
Lahan di daerah kaki lereng Gunung Bromo merupakan
lahan yang berpotensi jika dimanfaatkan dengan benar penggunaan lahannya. Untuk
itu di dalam pelaksanaan perencanaan penngunaan lahan harus didasarkan pada
perencanaan yang baik dengan mengevaluasi dan identifikasi kemampuan lahan.
Lahan di lereng kaki Gunung Bromo yang telah di evaluasi tersebut masih belum
digunakan sebagaimana mestinya. Lahan yang seharusnya dimanfaatkan dan
dilestarikan kurang terawat. Hal tersebut ditandai dengan tidak teraturnya
kondisi tanaman dan tidak jelas penggunaan lahannya, merki telah terdapat
pengelolaan tanahnya dengan pebuaan ters-teras bangku.
Setelah
dilakukan survey kemampuan lahan, lahan di kaki lereng Gunung Berapi tergolong
dalam Kelas Kemampuan Lahan VI dengan Sub kelas Vie. Hal ini berarti lahan
memiliki hambatan yang berat disebabkan terleakn pada lereng yang agak curam
sehingga mudah tererosi atau kedalaman tanah efekatifnya sangat dangkal dan
tealah mengalami erosi berat. Sedangkan faktor pembatas atau ancamaman
kerusakan yang tidak dapat dikhilangkan adalah berupa lereng yang curam,
ancaman erosi yang berat, telah tererosi berat, berbatu-batu, darah perakaran
dangkal, dan iklim yang tidak ssesuai.Oleh karena itu lahan ini tidak
cocok/sesuai untuk ditanami tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk tanaman
makan ternak secara permanen, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan
lindung atau cagar alam.
Perlu
adanya pengelolaan lahan untuk mengatasi keadaan tersebut, diantaranya adalah
dengan pembuatan teras untuk mengurangi terjadinya erosi. Apalagi jika tanah
sangat peka terhadap erosi. Pembuatan tipe teras disesuaikan daengan jenis
tanah, sebaran batuan, serta kepekaan terhadap erosi. Penanaman tanaman-tanaman
penutup tanah dan tanaman kehutanan untuk mengurangi hantaman air hujan secara
langsung. Selain itu untuk memperbaiki kondisi tanah dapat dilakukakan dengan
pemberian bahan organik, sebab bahan organik dapat memperbaiki drainase,
memperkaya unsur hara, porositas, dll. Untuk itu pada lahan ini perlu
pengelolaan lahan yang lebih baik lagi.
4.2.2
Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman
Berdasarkan hasil survei pada lahan ini, tanaman
yang paling sesuai untuk tanaman tahunan adalah tanaman sengon, karena adanya faktor-faktor pembatas pada kelas aktualnya
tergolong dalam kelas S2 dan keadaan ini dapat dimanipulasi menjadi S1,
sedangkan untuk tanman yang lain (tanaman Kelapa, Mangga, Durian, Alpukat,
Sengon, Bambu, Cengkeh) kelas kemampuanya termasuk S3, meski dapat dimanipulasi
menjadi kelas kemampuan potensial, namun input yang dikeluarkan akan lebih
banyak jika dibandingkan dengan tanaman sengon. Data yang didapatkan sebenarnya
kurang valid, karena tedapat beberapa data-data yang belum didapatkan karena
terkendala oleh peralatan yang dibawa kelapang kurang, sehingga data tentang iklim, ketersediaan hara, dan toksisitas
tidak dapat diketahui.
Sedangkan
untuk tanaman semusimnya yang paling sesuai adalah tanaman pisang, karena rating kesesuaian lahan hanya terdapat 1 aspek yang
tegolong S3 sendengkan tanman yang lain (Tales, Kacang Tanah, Ketela Pohon)
rating kesesuaian lahannya lebih dari 1 yang tegolong S3, meski kesesuaian
lahan aktualnya dapat dimanipulasi namun biaya/ input yang daikeluarkan akan
lebih besar.
4.2.3
Rekomendasi
Jika dikaitkan hasil survei dengan kondisi real
dilapang, maka masih banyak terdapat kekurangan
dalam penggunaan dan pengelolaan lahannya di kaki lereng Gunung Bromo
ini. Meski begitu terdapat beberapa hal yanng telah sesuai dengan kaidah
pengelolaan, salah satunya adalah pembuatan teras. Di lahan dibuat teras-teras
bangku luar, dengan beberapa tanaman alang-alang dan sedikit tanaman semusim
dan tanaman tahunan. Maka dalam penggunaan lahan adalah untuk tanaman tahunan/
tanaman berkayu yang ditanam dengan cara intercropping dengan berbagai jenis
tanaman tahunan. Harapannya agar sebaran perakaran tanaman heterogen, sehigga
dapat megurangi tejadinya erosi karena lahan ini tergolong lahan yang curam.
Perlu adanya pengelolaan lahan lebih lanjut jika lahan ini akan di manfaatkan
dengan keperluan tertentu.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil data survei yang telah didaptkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan datakarakteristik dan
kemampuan lahannya, penggunaan lahan kaki lereng Gunung Brumo kurang sesuai.
2. Penggunaan lahan tidak sesuai untuk
tanaman semusim, melainkan tanaman tahunan yang memiliki perakaran dalam.
3. Arahan penggunaan lahan yang sesuai adalah
tanaman pakan ternak, hutan lindung, cagar alam, dan hutan produksi.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutanya sebaiknya lebih
dipersiapkan alat dan bahan yang akan dibawa, harapannya adalah agar data yang
didapatkan lebih banyak dan valid, sehingga dapat dianalisis dengan lebih baik
karakteristik, kemampuan, serta kesesuaian lahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit
ITB.
Brinkman, R. And A.J. Smyth. 1973. Land Evaluation for Ruaral purposes.
Intern. Inst. Land Recl. And
Improv (IRLI), Publ. 17, Wigeningen.
Christian and Stewart, 1968 C.S. Christian and G.A. Stewart, Methodology of integrated surveys, Proceedings of the Toluouse Conference on
Aerial Surveys and Integrated Studies,
UNESCO, Paris.
FAO. 1976. A Framework of Land Evaluation. FAO Soil Bull. No.
32/I/IRLI Publ. No.22 Rome, Italy.
30h.
Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo.
Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sitorus, Santun P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito
Soepraptohardjo, M. dan C.H. Robinson. 1975. Land capability appraisal
system for agricultural uses in
Indonesia. Soil Research Institute, Bogor.
Sudibya, J. 2005. Buku Ajar Survei Tanah dan Evaluasi lahan. Universitas Jember. Jember.
Maaf mau tanya. saya Eri dari Ilmu Tanah UNPAD. kalo tabel kesesuaian lahan di atas sumbernya dari mana ya? kebetulan sekarang saya sedang penelitian mengkaji kesesuaian lahan. mohon izin juga tulisannya saya jadikan referensi. :)
ReplyDeleteOh yaya Eri, gmn nih kabarnya?
ReplyDeletewah lama jg nih gak tak bukak blognya.. sumber referensinya dr Dapus atas nama "Sudibya" dosen unej.. monggo silahkan, dishare jg gakpapa