Friday, October 19, 2012

ANALISIS KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH DI LAHAN KAKI LERENG GUNUNG BROMO



LAPORAN PRAKTIKUM
PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH

ANALISIS KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH DI  LAHAN KAKI LERENG
GUNUNG BROMO




Oleh :
ANDIKA SEPTA S.B.H.
081510501139





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011


1.      PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tanah ditemukan dimana-mana di sekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup di muka bumi ini, termasuk manusia. Profil tanah adalah penampang vertical tanah yang dimulai dari permukan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk dipermukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan melalui proses pelapukan, baik secara fisis maupun kimia yang dibantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah. Manusia menemukan ciri-ciri tanah pada tempat tertentu yang berbeda-beda jenisnya baik warna, tekstur dan sebagainya. Pendekatan dengan berbagai macam praktek baik yang dilakukan di lapangan maupun di laboratorium dengan cara menganalisa merupakan cara yang baik. Dari analisa tersebut masalah yang dibahas tentang sifat-sifat fisik dan kimia tanah dapat diketahui dengan baik pula.
            Di daerah Lahan di kaki lereng Gunung Bromo merupakan areal yang sangat berpotensi baik dalam bidang pertanian dan non pertanian. Karena berada di daerah lareng gunung bromo yang mengandung banyak material letusan gunung berapi, sehingga sebagian besar lahan sangat bagus untuk dikembangkan dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui potensi ini maka perlua adanya kajian tentang karakteristik morfologi lahannya sebagai acuan dalam penggunaan lahan dan dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, maka kajian karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah penting untuk dilakukan, mengingat dalam setiap kegiatan budidaya tanaman sebelumnya kita harus mengetahui karakter tanahnya baru kita dapat merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan membudidayakan tanaman dengan baik.  
            Batas lapisan tanah dengan lapisan tanah yang lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari  12,5 cm). disamping itu bentuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus.  Untuk itu praktikum lapang di daerah lerang kaki Gunung Bromo merupakan kawasan yang tepat yang dijadikan sebagai referensi pengetahuan untuk melatih mahasiswa dalam mengenal karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah.

1.2 Tujuan
1. Mengenal karakteristik sifat kimi, fisika, dan biologi tanah melalui analisa
    karakteristik morfologi tanah.
2. Mempelajari bahan asal batuan, mineralogi, serta tanahnya.
3. mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan analisa karakteristik tanahnya.

1.3 Manfaat
1. Dapat mengenal karakteristik sifat kimi, fisika, dan biologi tanah melalui
    analisa karakteristik morfologi tanah.
2.    Mahasiswa dapat Mempelajari bahan asal batuan, mineralogi, serta tanahnya.
3.    Mahasiswa dapat mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan analisa karakteristik tanahnya.


2. PEMBAHASAN

4.1 Unit 1 (Kaki Lereng Gunung Bromo)
Formasi Geologi
            Dahulu 11 ribu tahun yang lalu terdapat gunung api yang sangat besar (super volcano) yang dasarnya berada pada dasar lautan yang konon letusannya dapat memisahkan pulau Sumatra dengan pulau Jawa. Dari hasil letusan gunung tersebut terbentuk kaldera yang sangat besar seperti halnya letusan Gunung Tengger yang juga membentuk kaldera, dimana letusan gunung ini yang memiliki ketinggian kuranng lebih 4000 m terjadi sekitar 2 ribu tahun yang lalu. Pada letusan gunung api ini terjadi letusan paroksisma, yakni magma yang dikeluarkan bersifat kental akibat kadar silika yang tinggi kurang lebih 50-60% kandungan silika. Magma ini tergolong intermdier karena berasal dari campuran lempeng basaltik dengan granitik/lempeng asia. Terdapat semenanjung yang berupa daratan melayu/ malaya yang menyambung dengan Sumatra dan Jawa-Kalimantan yang dulunya dalam 1 benua besar, hanya bagian tengahnya lebih rendah. Lempeng basaltik dengan granitik/masam melebur karena ada gesekan lempeng hingga terbentuk magma basaltik hingga intermedier tergantung dari banyaknya lemprng basaltik/granitiknya. Klasifikasi batuan beku terdapat keluarga liparit-diorit, pada batuan beku di kaki mlerenng Gunung Bromo ini merupakan masuk dalam keluarga andesit-diorit. Letusan Gunung Tengger akhirya menghasilakn kaldera yang di bagian tengahnya menghasilkan pulau-pulau dan gunung-gunung, diantaranya Gunung Batok dan gunung Bromo. Di daerah ini merupakan formasi tua yang dicirikan dengan batuan yang berwarna kelabu tua merupakan batuan basa intermedier.

Bahan Asal/Induk
            Produk letusan batuan basaltik dari kaldera menghasilkan gunung-gungun api salah satunya adalah Gunung Bromo. Terdapat 2 material yang yang terbentuk pada letusan  Gunung Tengger ini, yakni material tua dari Tengger dan mateial muda (Gununng Bromo dan Batok), dimana masih terdapat pasir-pasir yang masih segar. Terdapat kejadian speroidal weathering, yakni kejadian dimana terdapat aliran larva setelah dingin akan mengkerut (pelapukan yang memmbentuk speroidal, membulat dan berlapis-lapis). Terjadinya massa batu larva yang masif, retak-retak, dan polygonal yang meruncing pada bagian sudut karena adanya gejala speroidal wethering maka batuan terlihat membulat. Abu vulakan di tengger bersifat fitrik/fitrous seperti kaca yang artinya merupakan bahan yang non kristalin/amorf yang didominasi batu krikil, pasir, dan debu. Kalau diperhatikan pasir disini porus, kalaumelapuk pasir akan menjadi mineral silikat sekunder menjadi mineral lempung alofan/lempung non kristalin. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah puncak gunung berwarna hitam akibat kompleks bahan organik dan alofan. Di kaki larenng gunung Bromo juga ditemukan batuan mineral alofan tetapi telah melapuk lnjut, karena kondisinya yang jauh dari puncak Bromo, yakni abu vulcanik fitrik. Di lerng atas tedapat endapan piroklastik hingga masih banyak jenis-jenis tanah entisol di daerah tersebut. Tanah di kaki lereng gunung Bromo ini merupakan timbunan yang masih belum mengalami differensiasi horizon. Pada tanah ini telah mengalami pedogenesis yang berasal dari pasir menjadi mineral lempungan. Dikatakan batuan larva karena terdapat gejala vulkanisme (bergeraknya magama dari dalam gunung menju keluar permukaan gunung), dengan cirinya kaya akan unsur Mg dan Ca yang disebut batuan Ferromagnesia dan berkristal kcil-kecil karena mengalami pembekuan di luar gunung api an tidak sempat membentuk kristal besar. 

Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah
Horizon pada tanah ini adalah O, A, Ap, Bargilik (Ba), C, dan R. Terdapat abu vulakanik yang mengalami pelapukan lanjut menjadi mineral lempung yang agak ke bagian bawah, dinamakan proses ligsifiasi adalah proses pengangkutan mineral lempung pada bagian bawah horizon O dan A, karana ciri-cirinya terlihat pada horozon B yang terasa lengket jika dipegang. Pada bagian atas masih terlihat berwarna kehitaman, dengan kadar clay yang meningkat pada bagian horizon B/horizon bagian bawah. Jika digambarkan seperti perut membuncit/spt orang hamil, yakni meningkatnya lempug pada horizon B dan menurun kadar lempungnya jika semakin kebawah. Maka meningkatnya kadar clay/lempung pada horizon B ini disebut Btekstural (Bt). Jika diklasifikasikan, maka jenis tanahnya adalah jenis tanah alfisol yang masih berppotensi mmenjadi ultisol. Hakkat dari klasifikasi sendiri adalah beranngkat dari karakteristik akibat proses pedogenesis dari faktor genesis (bahan  induk, topografi, vegetasi, organisme , dan waktu). 

Potensi Tanah
            Drainase pada tanah ini tergolong baik, dengan dicirikan tedak terdapat karatan (Fe dan Mn) dan perakarannya dalam mnecapai > 90 cm. Jika diibaratkan drainase dan permeabilitas pada tanah ini buruk, maka akan terjadi reduksi/ kekurangan O2 dan Fe dilarutkan serta Fe akan mengikuti kapiler jika pada musim kemarau, sampai diatas kondidinya makin oksidatif dan Fe akan mengendap di retaka-retakan, lubang-lubang bekas perakaran dan organisme tanah, sehingga akan membertuk warna karatan (iron motors)/ kuning-merah. Jika kedalamnnya dangkal, maka akan jenuh air dan rejim kelambapannya aquik, jika alfisol yang aquik, maka sub ordernya adalah aqualf, dan yang jika tidak terdapat karatan disebut udalf/udik. Hal-hal inilah yang menginformasikan menejeman lahannya.

4.2 Unit 2 (Raci)
            Pada tanah di daerah Raci terdapat gundukan-gundukan mikro relief yang dibagian atasnya terllihat spesifik struktur poligonal kecil-kecil yang disebut Kaoli flower (bunga kol)/brokoli. Terbentuk karena proses pengembangan dari bawah, dimana puncak dari pengembanga tejadi pada puncak musim hujan. Hal ini terjadi karena tanah-tanah di daerah Raci didominasi oleh mineral lempung monmorilonit. Di daerah ini tanahnya mengembang lebih lanjut karena iklimnya lebih kering jika dibandingkan dengan daerah atas. Dan jenis tanah di daerah Raci ini adalah jenis tanah Vertisol. Bahan induk sama seperti di bagian atas yang tadi, yakni meneral lempung silikat/ pasir piroklastik. Pada tanah ini sering ditemui kongresi kapur. Drainase tanah ini buruk, karena jika terjadi hujan maka tanah ini akan mngembang dan air tidak dapat mengalir kebawah, melainkan menyamping dan terakumulasi di bagian dalam tanah serta tidak dapat lolos kebawah. Pada tanah ini unsur K tidak tersdia, karena ukuran unsr K relatif sama dengan ukuran kisi-kisi mineral lemppung monmorilonit, maka unsur K akan tejerapdi dalam tanah walaupun tanah dalam kondisi kering dan basah unsur K tetap tidak tersedia untuk tanaman. Sedangkan vegetasi yang mendominasi adalah tanaman semi-xerofita/semi kering seperti mangga, akasia, dan legume-legume yang tahan kering.

4.3 Unit 3 (Tanah Hitam di Bawah Daerah Raci)
            Tanah didaerah ini merupakan tanah yang berasal dari bahan-bahan yang diangkut dari atas yang dapat berupa larutan maupun padatan. Larutan merupakan lapukan primer (silika) berupa Ferromagnesia dan plagioklas basa yang kaya akan Ca yang merembes tecuci di daerah ini dan terkumpul, begitu pula mineral silika yang lapuk (SiO4). Ion silika bertemu Al, Mg, dan Ca yang mengandung banyak silika dan basa serta mengalami kristalisasi, hingga terbentuklah mineral lempung monmorilonit. Di daerah ini didukung oleh iklim yang agak kering, artinya derajad pencucian berlngsung lambat, sehingga lebih mneguatkan akumulasi lempung. Sedangkan di daerah atas tidak terbentuk mineral lemppung monmorilonit karena di dareh atas pderajad pencucian berlangsung cepat, hingga di bagian atas dicirikan dengan warna yang agak coklat sedangkan di daerah bawah berwarna hitam, karena diatas tingkat oksidasinya labih tinggi daripada di bagian bawah. Kajadian ini diakarnakan basi yang teroksidasi dari Ferro mjd Ferri, warna kuning-merah hingga terlihat coklat. Tidak terdapat karatan di daerah ini karana tanah ini lebih sering tergenang jika dibandingkan dengan daerah yang berada di atas. 

Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah
            Warna hitam di tanah ini dakibatkan karena lapukan bahan organik yang tirikat oleh kisi mineral lempung monmoriloninit, meski dalam keadaan kring tanahakan tetap terlihat berwarna hitam. Konsistensi tanah sangat lekat jika basah, dan jika kering tanah akan keras. Tanah ini hanya bersifat vertik belum tentu dikatakan sebagai jenis tanah vertisol, karena tidak ditemukan profil tanah di lokasi praktikum, oleh karena itu tanah di daerah ini belum dapat dipastikan jenis tanahnya, karena bisa saja jenis tanah di daerah ini hanya jenistanah inceptisol yang bersifar vertik bukan vertisol.

4.3 Tanah Aluvia Marine (Pasang Surut di Probolinggo)
            Tanah di daerah ini dicirikan dengan warna kelabu, terdapat sisa-sisa cangkang kerang, dan teksturnya lempung berpasir. Formasi pasir ini berasal dari laut yang sering disebut sebagai Beach Redge (gundukan-gundukan tanah diantara tanah pasang surut) yang terbentuk dari proses abrasi dan sementasi dari darat yang dihantam oleh ombak laut, sehingga topografi agak tinggi dari sekitarnya. Biasanya beach redge dijadikan sebagaitempat tingal kepiting, kerang, dan organisme lainnya. Disana terdapat gundukan-gundukan yang disebut sebagai gillgae/crack mount dengan kandungan mineral yang ada didalamnnya adalah lumpur sulfida yang bnyak mengandung pirit. 

Pedogenesis dan Klasifikasi Tanah
            Di daerah ini piritnya tergolong sedikit. Pirit ini dapat di sebabkan oleh bakteri khusus, yakni Thiobacilluc peroksida sp yang dapat membuat pirit. Mineral lempung besi ferro direduksi oleh bakteri inin menjadi pirit dan belerang dalam kondisi reduksi dan disenyawakan dengan ferro, sehingga menjadi ferrosulfida (pirit)/ FeS2 yang mendominasi lapisan bawah dari lumpur di formasi aluvio marine yang disebut sulfat masam potensial, karena masih dapat berubah masam jika pirit dioksidasi. Crack mount mengindikasikan bahwa jikaterbentuk karatan kuning, maka didalamnya banyak mengandung pirit/senyawa besi sulfat/cat clay. Kelas tanahnya dari lumpur Aluvio Marine yang masih asli adalah jenis tanah entisol, sedang yang terbentuk secara fluviomarine yang berlapis-lapis disebut entisol fluven,sedagkan yang terdapat pirit didalamnya termasuk dalam entisol sulfaquen.

Pengelolaan
            Pengelolaan tanah pirit harus tetap dalam kondisi reduktif agar tidak teroksidasi, karenajika teroksidasi mak pH akan turun sangat cepat. Metode keduadioksidasi dengan cepat lalau didrainasi, akan tetapi prosesnya lama unutk didrainase  dan onngkosnya sangat mahal. Hal ini mengindikasikan pistol clane (daratan daerah pantai).


3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil data-data yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Terdapat proses-proses pedogenesis pada tanah di lereng kaki Gunung Bromo.
2.      Bahan asal batuan di daerah lereng kaki Gunung Bromo adalah abu vulkanik fitrik.
3.      Jenis tanah bervariasi mulai dari bagian atas hingga bagian bawah, yakni entisol, alfisol, inceptisol vertik, vertisol, hingga entisol fluven dan sulfaquen.

3.2  Saran
      Untuk praktikum selanjutnya diharapakan peralatan yang dibawaharus dipersiapkan untuk mnganalisis tanah di lapang. Sebaiknya fieldtrip dijadikan bermalam, sehingga hasil analisa tanahnya akan lebih leluasa dan tidak dikejar-kejar waktu.

No comments:

Post a Comment