Friday, October 19, 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN PEMBUATAN PUPUK BOKASI (FIELD TRIP)


images

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN
PEMBUATAN PUPUK BOKASI (FIELD TRIP)






Oleh:
ANDIKA SEPTA S.B.H.
081510501139







JURUSAN HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produksi tanmaan, serta teknologi yang ramah lingkungan, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM ternyata telah dapat meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan.
Pemanfaatn bahan-bahan organic seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah banyak dilakukan. Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun limbah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Melalui P4s (Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya) yang dikembangkan oleh bapak Sholikin dikembangkanlah pembuatan bokasi yang telah terintegrasi dengan peternakan dalm pertanian. P4S tersebut merupakan lembaga pendidikan atau pelatihan/pemagangan yang bergerak dibidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelolah langsung oleh petani baik secara perorangan maupun berkelompok. Lembaga ini berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha taninya.Model pembelajaran atau magang yang diterapkan adalah sistem pertanian terpadu/Integrated Farming System (IFS)
Pusat pelatian ini tidak hanya memberikan materi dan praktek saja tetapi pada tahap akhir peserta disuruh membuat rencana Tidak Lanjut (RTL) dan selalu dievaluasi. Dengan adanya pusat pengembangan pembuatan bokasi tersebut dapat meningkatkan taraf keseimbangan lingkungan serta mengubah taraf social dari pelaku pertanian itu sendiri

1.2 Tujuan
            Praktikum ini bertujuan agar para praktikan dapat mengetahui dan memahami tentang:
1.    Proses pembuatan bokashi.
2.    Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bokashi.
3.    Kegunaan bokashi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan kertas) (Anonymous,  2004).
Bokashi adalah fermentasi bahan organik (sisa panen, sekam, kotoran ternak dll) dengan bantuan Effective Microorganisms. Aplikasi di lahan pertanian dapat membantu memperbaiki struktur fisik kimia dan biologi tanah. Infomasi lebih lengkap mengenai Effektive Mikroorganisme sebagai berikut: Diambil dari brosur PT Songgolangit Persada Effektive Mikroorganisme atau yang dikenal dengan nama EM, ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo Higa dari University Ryukyus, Okinawa, Jepang (Gasol, 2008).
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Ada banyak merk EM yang beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme (Kusumaningwarti, 2009)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. (Handayani, 2009).
Sampah organik yang dihasilkan oleh proses pengemasan di tingkat pengepul tersebut ternyata memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp. Dalam pengabdian yang akan dilakukan ini, audiens akan diajarkan untuk menggunakan bahan aktivator untuk mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec, serta EM-4 yang diproduksi (Gunam, 2007).
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 400 C (Praatmaja, 2006).
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman (Lilis, 2005).



BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos) dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 Desember 2010 bertempat di Gumuk Mas pada Pukul 08.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    Kompos
2.    Sampah organik
3.    EM-4
4.    Dedak
5.    Molase
6.    Air sumur
7.    Kapur

3.2.2 Alat
1.    Alat tulis
2.    Kamera
3.    Alat penunjang lainnya

3.3 Cara Kerja
1.    Mendengarkan dan mencatat naeasumber memberikan materi mengenai pembuatan pupuk bokashi.
2.    Melihat proses pembuatan pupuk bokashi.
3.    Mencatat proses pembuatannya serta didokumentasikan dengan mengabil gambar.



IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kegiatan
            Berikut ini merupakan hasil data yang telah didapatkan pada praktikum:
Pembuatan dan persiapan pembuatan pupuk bokasi
yuhuyuhu






              pencampuran bahan                                         vermentasi bahan
yuhuyuhuPembuatan dan persiapan pembuatan pupuk bokasi







             pencampuran bahan                                   pembuatan bokasi granular

4.2 Pembahasan
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam, serbuk gergaji, gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan menggunakan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Pemanfaatn EM (evektive microorganism) dalam pembuatan kompos telah banyak dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang meng- untungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk organik secara biasanya membutuhkan waktu 8 - 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4 hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
·         Menyiram tanaman (EM dicampur dengan air)
·         Dipergunakan pada hewan atau ikan
·         Menekan bau tak sedap toilet atau kandang
·         Meragikan kompos
·         EM5 à penangkal hama serangga
·         Menjaga lingkungan
·         Pada pembuatan Bokashi à EM4
Setiap jenis effective microorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses fermentasi bahan organik, namun bakteri fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang terpenting. Bakteri ini mendukung kegiatan mikroorganisme lain, di lain pihak bakteri ini memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. Terdapat beberapa prinsip dalam pembuatan bokasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
·         Kelembaban à kadar air 50%
·         Temperatur à 40 – 50 0C
·         Tempat pembuatan à dibawah naungan
·         Tempat penyimpanan à ruang beratap
·         Air à air sumber, sumur
Pada Fieldtrip tentang pembuatan pupuk bokashi dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S) yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta 44 Bagorejo, Gumukmas Jember. Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan, didapatkan informasi mengenai cara pembuatan pupuk bokashi menggunakan kultur miroorganisme dalam proses pengomposan yang berasal dari EM-4 dan bakteri ESSO yang telah dibiakkan sendiri oleh bapak Sholikin dalam P4S. Pupuk organik yang dihasilkan juga ada dua macam yaitu pupuk organik yang berbentuk seperti biasa/ remah (tanah) dan pupuk organik yang berbentuk granular.
Pembuatan kompos sendiri sebenarnya meniru proses terbentuknya humus dialam. Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya hanya dalam beberapa minggu. Waktu melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami. Oleh karena itu, kompos dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat. Pengomposan juga bertujuan untuk menurunkan rasio C/N dan tergantung jenis tanamannya. Rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga tidak mendekati rasio C/N tanah. Bila rasio bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu, maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah . Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam tanah akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman, diantaranya : Kompos bokasi sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Manfaat kompos bagi tanaman adalah:
1.Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi dua golongan. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K). Unsur hara mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor (Cl), Molibdenum (Mo), dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah yang semula keras dan sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur akibat mikroorganisme. Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan padat. Bagian yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan udara. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi bakteri dan jamur dekomposer, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini disenangi oleh mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Unsure hara lebih mudah diserap oleh tanaman kondisi pH tanah netral , yaitu tujuh ( 7 ). Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah semakin asam maka dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro
Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang sangat penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan.
Bahan - Bahan Pembuat Kompos
Rasio C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan berjalan baik jika rasio C/N bahan organik yang dikomposkan antara 20-30. Setiap bahan organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Rasio C/N limbah ternak umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Karena itu penggunaannya sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi sehingga dapat menghasilkan C/N yang cocok. Berikut merupakan berbagai sumber bahan baku pembuatan kompos beserta C/N rasionya :
Sumber bahan baku pembuat kompos dan rasio C/N nya Jenis Bahan Organik
Rasio C/N
Urine ternak
0,8
Kotoran ayam
5,6
Kotoran sapi
15,8
Kotoran babi
11,4
Kotoran manusia (tinja)
6 – 10
Darah
3

Tepung tulang
8
Urine manusia
0,8

Eceng gondok
17,6

Jerami gandum
80 – 130
Jerami padi
80 – 130

Ampas tebu
110 – 120

Tongkol Jagung
50 – 60

Sesbania sp.
17,9

Serbuk gergaji
500

Sisa Sayuran
11 – 27


Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
1. Rasio C/N
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio C/N. selama proses demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio C/N yang lebih rendah (10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi pengomposan adalah 40 – 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai 40oC, aktivitas mikroorganisme mesofil akan digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai 60oC, fungi akan berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes serta strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan adalah tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan pH selama proses pengomposan perlu dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan organik yang dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH sekitar netral.
4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau aktivator yang kandungannya berupa mikroorganisme (kultur bakteri), enzim, dan asam humat. Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang ada dalam bahan kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi (pengomposan) bahan organik berjalan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalik-balikkan tumpukan bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60% setelah bahan organik dicampur. Selama proses pengomposan berlangsung, kelembapan dalam tumpukan bahan kompos harus terus dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan semakin cepat berlangsung.
Berikut Merupakan tahapan cara pengomposan. 
Pertama adalah membuat media pembiakan EM-4 dengan smenyiapkan air hangat sebanyak 5 liter dan diletakkan pada pada wadah besar. Setelah dingin dicampur dengan terasi yang terlebih dahulu dihaluskan. Setelah terasi masuk kemudian ditambahkan molase dan diaduk hinga tercampur rata. Molase disini jika sulit mendapatkan bisa diganti dengan bahan gula merah dan air yang kemudian dimasak hingga kental. Setelah rata kemudian dedak dimasukkan perlahan hingga semua bahan tercampur. Terakhir adalah memasukkan EM-4 dan diaduk terus sampai merata, seterlah tiu wadah ditutup dan disimpan pada suhu ruang. Setelah 2 hari kemudian wadah dibuka dan dilakukan pengadukan. Untuk hari berikutnya juga dilakukan hal yang sama sampai selama 5 hari. Pengadukan dilakukan untuk membalik media dan meratakan media dengan EM-4 sehingga dalam proses pembiakannya menjadi lebih cepat.
Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
Bahan :
1. Pupuk kandang /kotoran hewan.                : 60 zak/karung
2. Arang sekam/serbuk gergaji                        : 10 zak/karung
3. Bekatul/dedak                                             : 50 kg
4. Tetes/ gula pasir                                          : 1 liter/1kg
5. EM-4                                                           : 1 liter
6. Air (jangan pakai air PDAM)                      : 500 liter
Cara Pembuatan:
1.        Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
2.        Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata.
3.        Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
4.        Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar).
5.        Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
6.        Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari.
8.        Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik.
9.        Kemudian tutp kembali dengan karung goni.
10.    Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
11.    Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.
12.    Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
b. Pembuatan Bokashi Jerami
Bahan :
1.      Jerami dari pemanenan 1 Ha (dipotong spanjang 5-10 cm)          : 6 zak
2.      Aramh sekam/serbuk gergaji                                                         : 50 kg
3.      Bekatul                                                                                          : 1 L/1 kg
4.      Tetes
5.      EM-4                                                                                             : 1 liter
6.      Air sucukupnya                                        
Cara Pembuatan:
Membuat larutan gula dan EM-4:
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata.
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi:
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata.
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal.
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik.
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
            Terdapat beberapa tanda-tanda keberhasilan dalam pembuatan pupuk bokasi, yakni :
·         Setelah 6 jam tercapai suhu 40 – 50 0C.
·         Setelah 3 hari tumbuh jamur seperti kapuk berwarna putih keabu-abuan
·         Fisik masir dan tidak lengket
·         Aroma sedap
·         Tidak busuk


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil data praktikum yang telah didapatkan, maka dapt disimpulkan bahwa :
1.    EM-4 dapat mempercepat proses pengomposan.
2.    Bokasi dapat menyuburkan tanah serta tanaman.
3.    Manfaat Bokashi Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian.
4.    Pembuatan bokashi menggunakan pengurai EM dan dapat diganti dengan menggunkan Bakteri ESSO.
5.    Terdapat dua macam bentuk pupuk bokashi yang dihasilkan yakni, bentuk remahan dan bentuk granular.

5.2 Saran
            Sebaiknya untuk prsaktikum selanjutnya praktikan harus lebih serius dalam melakukan kegiatan praktikum. Kebanyakan dari praktikan banyak yang bergurau sendiri saat dijelaskan oleh pemteri, sehingga ilmu yang diberikan belum sepenuhnya. Asisten seharusnya lebih tegas dalam mengontrol praltikan, sehingga prasktikum berjalan sebagaimana mestinya


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.  2004. RENTEC Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca,  California, Amerika Serikat, diakses 16 September 2006.

Gasol. 2008. Pengertian Bokasi. http://gasolorganik.com. Diposkan pada 12 februari 2008.

Gunam, w. 2007.  Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem.  Teknologi industri pertanian – fakultas teknologi pertanian. Universitas udayana.

Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center diunduh 13 Juni 2010.

Kusumaningwarti, R. 2009. Tanah, Lingkungan, dan Pertanian. http://tjimpolo.blogg.com/?p=79. Diposkan pada 16 November 2009.
Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.

Pramatmaja, W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta.


No comments:

Post a Comment