LAPORAN
PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN
PEMBUATAN
PUPUK BOKASI (FIELD TRIP)
Oleh:
ANDIKA SEPTA S.B.H.
081510501139
JURUSAN
HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2010
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami
yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan
makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan
beracun. Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem
pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit. Dalam tahun 1980-an,
Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada
praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan
untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produksi tanmaan, serta
teknologi yang ramah lingkungan, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan
penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada
pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM ternyata telah
dapat meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman.
Berdasarkan kenyataan di lapangan,
persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang.
Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka
penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi,
palawija dan sayuran. dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk
bokasi secara praktis di lapangan.
Pemanfaatn bahan-bahan organic
seperti yang dihasilkan dari limbah ternak telah banyak dilakukan. Limbah organik yang dihasilkan oleh ternak memiliki
potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos. Pengolahan
pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun limbah organik tersebut
dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi
kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat
mengubah sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Melalui P4s (Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan
Swadaya) yang dikembangkan oleh bapak Sholikin dikembangkanlah pembuatan bokasi
yang telah terintegrasi dengan peternakan dalm pertanian. P4S tersebut merupakan lembaga
pendidikan atau pelatihan/pemagangan yang bergerak dibidang pertanian dan
pedesaan yang dimiliki dan dikelolah langsung oleh petani baik secara
perorangan maupun berkelompok. Lembaga ini
berkembang karena keberhasilan petani dalam melaksanakan usaha taninya.Model
pembelajaran atau magang yang diterapkan adalah sistem pertanian
terpadu/Integrated Farming System (IFS)
Pusat pelatian ini tidak hanya memberikan materi dan praktek saja tetapi
pada tahap akhir peserta disuruh membuat rencana Tidak Lanjut (RTL) dan selalu
dievaluasi. Dengan adanya pusat pengembangan pembuatan bokasi tersebut dapat
meningkatkan taraf keseimbangan lingkungan serta mengubah taraf social dari
pelaku pertanian itu sendiri
1.2
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan agar para praktikan dapat mengetahui dan memahami tentang:
1.
Proses pembuatan bokashi.
2.
Bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan bokashi.
3.
Kegunaan bokashi bagi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan
komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat
di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah
organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat
digunakan kembali. sampah organik dibedakan menjadi
sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan,
sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak
mudah membusuk (misal : plastik dan kertas) (Anonymous, 2004).
Bokashi adalah fermentasi bahan organik
(sisa panen, sekam, kotoran ternak dll) dengan bantuan Effective
Microorganisms. Aplikasi di lahan pertanian dapat membantu memperbaiki struktur
fisik kimia dan biologi tanah. Infomasi lebih lengkap mengenai Effektive
Mikroorganisme sebagai berikut: Diambil dari brosur PT Songgolangit Persada Effektive
Mikroorganisme atau yang dikenal dengan nama EM, ditemukan pertama kali oleh
Prof. Teruo Higa dari University Ryukyus, Okinawa, Jepang (Gasol, 2008).
Bokashi adalah
pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik
dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan
teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang
relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Ada banyak merk EM yang
beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus
sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh
dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman
kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling
baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung
zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme (Kusumaningwarti, 2009)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap
dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran
bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
(Handayani, 2009).
Sampah organik yang
dihasilkan oleh proses pengemasan di tingkat pengepul tersebut ternyata
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik
tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian
menjadi kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang
dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam
hitungan hari.
Terdapat beberapa macam
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan
sampah organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces
sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp. Dalam pengabdian yang akan
dilakukan ini, audiens akan diajarkan untuk menggunakan bahan aktivator untuk
mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec, serta EM-4 yang diproduksi (Gunam,
2007).
Kompos
merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik
yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran
yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan
untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak
yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok,
dan azola. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling
tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur
kompos di bawah 400 C (Praatmaja, 2006).
Pupuk kandang yang telah siap
diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan
baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang
belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman,
bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan
cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat
dikurangi. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan
setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang
cair ini akan cepat diserap oleh tanaman (Lilis, 2005).
BAB 3.
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Pengelolaan Limbah Pertanian acara V ( Pengolahan Sampah Organik Menjadi
Kompos) dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 Desember 2010 bertempat di
Gumuk Mas pada Pukul 08.00 WIB.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Kompos
2. Sampah
organik
3. EM-4
4. Dedak
5. Molase
6. Air
sumur
7. Kapur
3.2.2
Alat
1. Alat
tulis
2. Kamera
3. Alat
penunjang lainnya
3.3
Cara Kerja
1. Mendengarkan
dan mencatat naeasumber memberikan materi mengenai pembuatan pupuk bokashi.
2. Melihat
proses pembuatan pupuk bokashi.
3. Mencatat
proses pembuatannya serta didokumentasikan dengan mengabil gambar.
IV.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Kegiatan
Berikut ini merupakan hasil data yang telah didapatkan pada praktikum:
Pembuatan dan persiapan pembuatan
pupuk bokasi
pencampuran bahan vermentasi bahan
Pembuatan
dan persiapan pembuatan pupuk bokasi
pencampuran bahan pembuatan bokasi granular
4.2
Pembahasan
Bokashi
adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan
organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam, serbuk
gergaji, gulma, sisa tanaman tak berguna, sampah pasar) dengan menggunakan teknologi EM4 (Effective
Microorganisms 4). Pemanfaatn
EM (evektive microorganism) dalam pembuatan kompos telah banyak dilakuakan
berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan
air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran
dari mikroorganisme yang meng- untungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian
besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat,
serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4
mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan
ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan
mikroorganisme patogen.
EM-4
biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan
keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang
selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas
produksi tanaman secara berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk organik secara biasanya membutuhkan waktu
8 - 12 minggu, sedang apabila
menggunakan sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4
hanya memerlukan waktu 4 sampai 8
minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa
keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
·
Menyiram
tanaman (EM dicampur dengan air)
·
Dipergunakan
pada hewan atau ikan
·
Menekan
bau tak sedap toilet atau kandang
·
Meragikan
kompos
·
EM5 Ã penangkal hama serangga
·
Menjaga
lingkungan
·
Pada
pembuatan Bokashi à EM4
Setiap jenis effective
microorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses fermentasi bahan
organik, namun bakteri fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang
terpenting. Bakteri ini mendukung kegiatan mikroorganisme lain, di lain pihak
bakteri ini memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. Terdapat beberapa prinsip dalam pembuatan bokasi. Prinsip-prinsip tersebut
adalah :
·
Kelembaban
à kadar air 50%
·
Temperatur
à 40 – 50 0C
·
Tempat
pembuatan à dibawah naungan
·
Tempat
penyimpanan à ruang beratap
·
Air à air sumber, sumur
Pada Fieldtrip
tentang pembuatan pupuk bokashi dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4.S) yang bertempat di Jl.
Soekarno Hatta 44 Bagorejo, Gumukmas Jember. Berdasarkan fieldtrip
yang telah dilakukan, didapatkan informasi mengenai cara pembuatan pupuk
bokashi menggunakan kultur miroorganisme dalam proses pengomposan yang berasal dari
EM-4 dan bakteri ESSO yang telah dibiakkan sendiri oleh bapak Sholikin dalam P4S. Pupuk organik yang dihasilkan juga
ada dua macam yaitu pupuk organik yang berbentuk seperti biasa/ remah (tanah)
dan pupuk organik yang berbentuk granular.
Pembuatan kompos
sendiri sebenarnya meniru proses terbentuknya humus dialam. Melalui rekayasa
kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya hanya dalam
beberapa minggu. Waktu melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami. Oleh
karena itu, kompos dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat. Pengomposan
juga bertujuan untuk menurunkan rasio C/N dan tergantung jenis tanamannya.
Rasio C/N sisa tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga tidak mendekati
rasio C/N tanah. Bila rasio bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak
dikomposkan terlebih dahulu, maka proses penguraiannya akan terjadi di tanah .
Ini tentu kurang baik karena proses penguraian bahan segar dalam tanah biasanya
berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup. Akibatnya, CO2 dalam
tanah akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi pertumbuhan tanaman.
Bahkan, untuk tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya terhadap air
menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat.
Terdapat
beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman, diantaranya : Kompos bokasi sangat
berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur
hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Manfaat kompos bagi tanaman adalah:
1.Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi menjadi dua golongan. Unsur
hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti
Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K). Unsur
hara mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor (Cl),
Molibdenum (Mo), dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan
mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos
pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas
pada tanah. Dengan demikian, tanah yang semula keras dan sulit ditembus air dan
udara, kini dapat menjadi gembur akibat mikroorganisme. Struktur tanah yang
gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang
berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu
menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang
tidak terisi bahan padat. Bagian yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan
udara. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai
pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta
menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan erosi secara
langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan
tanaman. Jika berada di dalam tanah, kompos akan membantu kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi bakteri dan jamur dekomposer,
keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini disenangi oleh
mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Unsure hara lebih mudah diserap oleh tanaman kondisi
pH tanah netral , yaitu tujuh ( 7 ). Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah
larut di dalam air. Jika tanah semakin asam maka dengan penambahan kompos pH
tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro
Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan
unsur hara mikro yang sangat penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu
dapat merusak keadaan tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat
tanah dan lingkungan.
Bahan - Bahan Pembuat Kompos
Rasio C/N bahan baku kompos
merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan. Proses pengomposan akan
berjalan baik jika rasio C/N bahan organik yang dikomposkan antara 20-30.
Setiap bahan organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Rasio C/N limbah ternak
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Karena itu
penggunaannya sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik
yang memiliki rasio C/N tinggi sehingga dapat menghasilkan C/N yang cocok. Berikut
merupakan berbagai sumber bahan baku pembuatan kompos beserta C/N rasionya :
Sumber bahan baku pembuat kompos dan rasio C/N nya Jenis Bahan Organik
|
Rasio C/N
|
Urine ternak
|
0,8
|
Kotoran ayam
|
5,6
|
Kotoran sapi
|
15,8
|
Kotoran babi
|
11,4
|
Kotoran manusia (tinja)
|
6 – 10
|
Darah
|
3
|
Tepung tulang
|
8
|
Urine manusia
|
0,8
|
Eceng gondok
|
17,6
|
Jerami gandum
|
80 – 130
|
Jerami padi
|
80 – 130
|
Ampas tebu
|
110 – 120
|
Tongkol Jagung
|
50 – 60
|
Sesbania sp.
|
17,9
|
Serbuk gergaji
|
500
|
Sisa Sayuran
|
11 – 27
|
Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
1. Rasio C/N
Kecepatan
dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio C/N. selama proses
demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang mengandung N akan berkurang menurut
waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio
C/N yang lebih rendah (10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut,
artinya proses dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah
matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu
sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi pengomposan adalah
40 – 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai 40oC, aktivitas mikroorganisme mesofil
akan digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai 60oC, fungi
akan berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes
serta strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi
pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan adalah
tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan pH selama proses pengomposan perlu
dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena bahan
organik yang dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan
mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH
sekitar netral.
4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan bila
dipercepat dengan menambahkan starter atau aktivator yang kandungannya berupa
mikroorganisme (kultur bakteri), enzim, dan asam humat. Mikroorganisme yang ada
di dalam aktivator akan merangsang aktivitas mikroorganisme yang ada dalam
bahan kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang terlibat
dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat
dibutuhkan agar proses dekomposisi (pengomposan) bahan organik berjalan lancar.
Pada umumnya pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalik-balikkan tumpukan
bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk
proses pengomposan aerobik sekitar 50-60% setelah bahan organik dicampur.
Selama proses pengomposan berlangsung, kelembapan dalam tumpukan bahan kompos
harus terus dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos
akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan
proses pengomposan akan semakin cepat berlangsung.
Berikut Merupakan tahapan cara
pengomposan.
Pertama adalah membuat media pembiakan EM-4 dengan
smenyiapkan air hangat sebanyak 5 liter dan diletakkan pada pada wadah besar.
Setelah dingin dicampur dengan terasi yang terlebih dahulu dihaluskan. Setelah
terasi masuk kemudian ditambahkan molase dan diaduk hinga tercampur rata.
Molase disini jika sulit mendapatkan bisa diganti dengan bahan gula merah dan
air yang kemudian dimasak hingga kental. Setelah rata kemudian dedak dimasukkan
perlahan hingga semua bahan tercampur. Terakhir adalah memasukkan EM-4 dan
diaduk terus sampai merata, seterlah tiu wadah ditutup dan disimpan pada suhu
ruang. Setelah 2 hari kemudian wadah dibuka dan dilakukan pengadukan. Untuk
hari berikutnya juga dilakukan hal yang sama sampai selama 5 hari. Pengadukan
dilakukan untuk membalik media dan meratakan media dengan EM-4 sehingga dalam
proses pembiakannya menjadi lebih cepat.
Bahan dan Cara Pembuatan
Bokashi
a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
Bahan :
1. Pupuk kandang /kotoran
hewan. : 60 zak/karung
2. Arang sekam/serbuk gergaji : 10 zak/karung
3. Bekatul/dedak :
50 kg
4. Tetes/ gula pasir : 1
liter/1kg
5. EM-4 : 1 liter
6. Air (jangan pakai air PDAM) : 500 liter
Cara Pembuatan:
1.
Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
2.
Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak
dicampur secara merata.
3.
Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan
ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
4.
Bila adonan dikepal dengan tangan,
air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah
(megar).
5.
Adonan digundukan diatas ubin yang
kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm.
6.
Kemudian ditutup dengan karung goni
selama 4-7 hari.
8.
Petahankan gundukan adonan maksimal
500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya
dengan cara membolak balik.
9.
Kemudian tutp kembali dengan karung
goni.
10.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan
bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
11.
Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan
setiap 5 jam sekali.
12.
Setelah 4-7 hari bokashi telah
selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
b. Pembuatan Bokashi Jerami
Bahan :
1.
Jerami dari pemanenan 1 Ha
(dipotong spanjang 5-10 cm) : 6
zak
2.
Aramh sekam/serbuk gergaji :
50 kg
3.
Bekatul :
1 L/1 kg
4.
Tetes
5.
EM-4 :
1 liter
6.
Air sucukupnya
Cara Pembuatan:
Membuat larutan gula dan
EM-4:
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian
aduk sampai rata.
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi
kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi:
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang,
arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata.
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan
(campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30
%.
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes
dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal.
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan
ketinggian minimal 15-20 cm.
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung
goni) selama 3-4 hari.
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan
baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih
dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik.
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi
menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai
terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Terdapat beberapa
tanda-tanda keberhasilan dalam pembuatan pupuk bokasi, yakni :
·
Setelah
6 jam tercapai suhu 40 – 50 0C.
·
Setelah
3 hari tumbuh jamur seperti kapuk berwarna putih keabu-abuan
·
Fisik
masir dan tidak lengket
·
Aroma
sedap
·
Tidak
busuk
BAB 5. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil data praktikum yang telah didapatkan, maka dapt disimpulkan bahwa :
1.
EM-4 dapat
mempercepat proses pengomposan.
2.
Bokasi dapat
menyuburkan tanah serta tanaman.
3.
Manfaat Bokashi Untuk meningkatkan dan menjaga
kestabilan produksi pertanian.
4.
Pembuatan bokashi
menggunakan pengurai EM dan dapat diganti dengan menggunkan Bakteri ESSO.
5.
Terdapat dua macam bentuk pupuk bokashi
yang dihasilkan yakni, bentuk
remahan dan bentuk granular.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk prsaktikum
selanjutnya praktikan harus lebih serius dalam melakukan kegiatan praktikum.
Kebanyakan dari praktikan banyak yang bergurau sendiri saat dijelaskan oleh
pemteri, sehingga ilmu yang diberikan belum sepenuhnya. Asisten seharusnya
lebih tegas dalam mengontrol praltikan, sehingga prasktikum berjalan
sebagaimana mestinya
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. RENTEC
Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca, California, Amerika Serikat, diakses 16
September 2006.
Gasol. 2008. Pengertian Bokasi. http://gasolorganik.com. Diposkan pada 12
februari 2008.
Gunam, w. 2007.
Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi
Pupuk Kompos dengan Bantuan Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem. Teknologi industri pertanian – fakultas
teknologi pertanian. Universitas
udayana.
Handayani,
Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit
Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center diunduh 13 Juni
2010.
Kusumaningwarti,
R. 2009. Tanah, Lingkungan, dan Pertanian.
http://tjimpolo.blogg.com/?p=79. Diposkan pada 16
November 2009.
Lilis
Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah
dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.
1, Juli 2005: 77-84.
Pramatmaja,
W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu
Di Dusun Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta.
No comments:
Post a Comment