Friday, October 19, 2012

Pengujian Kesehatan Benih


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
            Proses budidaya tanaman akan dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas bila dalam proses budidaya tersebut menggunakan benih yang berkualitas dan sehat. Benih yang sehat memiliki arti bahwa benih tersebut bebas dari kontaminasi mikroba yang merugikan dimana nantinya dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan benih.
            Banyaknya jenis penyakit tanaman penting yang merugikan berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang menjadi sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat merupakan sumber patogen penting di lahan pertanaman. Penularan penyakit dari benih ke kecambah menyebabkan terjadinya infeksi primer dan merupakan sumber infeksi untuk tanaman sekitarnya. Patogen yang terbawa benih mempunyai arti penting jika ia berhasil menular ke tanaman yang berasal dari benih itu sendiri atau ke tanaman sekitarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penggunaan benih berkualitas baik yang tidak mengandung patogen yang merugikan merupakan salah satu cara yang sangat dianjurkan. Langkah ini juga termasuk ke dalam langkah awal pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
            Banyak patogen yang terbawa oleh benih bersifat fatogenetik. Penyakit yang ditimbulkan oleh patogen tersebut dapat menyerang benih, kecambah, tanaman muda maupun tanaman dewasa. Dari berbagai jenis patogen terbawa benih, patogen dari golongan fungi telah dilaporkan mencapai jumlah kasus yang paling banyak. Propagul patogen dapat terbawa benih dengan berbagai cara yaitu pada permukaan benih, di dalam jaringan, dan bersama benih dimana tidak terjadi hunbungan erat antara propagul dan permukaan benih. Untuk mendapatkan benih yang bebas kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian kesehatan benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang disebabkan oleh keberadaan patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Pengujian kesehatan benih akan mendeteksi dan dapat mengurangi kontaminasi patogen pada benih tersebut sehingga dapat mengurangi resiko penurunan hasil produksi tanaman.

1.2 Tujuan
Pada praktikum ini tujuan yang hendak dicapai antara lain :
1. Mengetahui cara-cara pengujian kesehatan benih.
2. Mengetahui adanya propagul patogen yang terbawa benih.
3. Mengetahui kesehatan benih.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan benih terutama ditandai oleh ada tidaknya penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus dan penyakit yang disebabkan oleh hewan seperti cacing dan serangga, atau secara fisiologis karena adanya kekurangan unsur mikro. Semua patogen tanaman dapat terbawa oleh benih karena benih dapat terinfeksi patogen baik ketika masih di tanaman induk, terkontaminasi pada waktu diproses maupun di dalam rantai pemasaran. Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan benih menjadi :
a. Berubah secara fisik dan kimiawi
b. Berkecambah secara abnormal
c. Tidak dapat berkecambah
d. Kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan
e. Hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh.
Patogen yang terbawa oleh benih dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan yaitu :
a. Cendawan
Merupakan patogen yang paling banyak terbawa dan menginfeksi benih.   Patogen ini memiliki kasus terbanyak dalam penginfeksian terhadap benih.
b. Bakteri
Bakteri yang menginfeksi benih biasanya sangat tahan terhadap kekeringan. Bakteri ini terdapat pada bagian hilum atau pada bercak – bercak yang di permukaan kulit benih. Bakteri yang ditularkan melalui benih adalah tergolong dalam genis Cory-nebacterium, Pseudomonas, dan Xanthomonas.
c. Virus
Virus yang menginfeksi benih biasanya ditularkan oleh tanaman induk. Dengan demikian virus tersebut terdapat dalam jaringan benih. Meskipun demikian seringkali pula tedapat virus yang terdapat pada permukaan benih.
d. Nematoda
Nematoda tercampur ke dalam benih bersama-sama dengan kotoran yang ikut terbawa pada waktu benih tersebut menjalani prosesing.
Patogen yang menginfeksi benih dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Seed bornediseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan oleh tanaman induk.
b. Seed transmitted diseases ialah inokulum yang terdapat pada benih dan ditularkan ke tanaman lain di lahan.
c. Seed contamination diseases ialah inokulum yang terdapat pada benih yang berasal bukan dari tanaman induk.
Pengujian kesehatan dapat dilakukan atas permintaan dari pengirim beni h atau pelanggan. Pengujian hanya dilakukan untuk mendeteksi mikroorganisme tertentu atau penyakit fisiologis tertentu. Estimasi jumlah benih yang terserang dilaksanakan sebaik mungkin sesuai dengan ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang digunakan. Apabila contoh yang dikirim telah mendapat perlakuan (seed treatment) dengan pestisida atau perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkanya, karena hal ini mungkin akan mempengaruhi determinasi dan evaluasi pengujian kesehatan benih. Pengujian kesehatan benih harus dilakukan dengan menggunakan metode dan alat yang sudah dipastikan kelayakannya untuk digunakan. Metode yang digunakan tergantung pada jenis patogen atau kondisi yang akan diamati, jenis benih, dan tujuan pengujian.
Patogen yang terdapat pada benih memerlukan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang pertumbuhan patogen. Hal ini sangat penting agar patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang terdapat dalam benih. Berbagai metode pengujian yang telah ada mempunyai kepekaan dan kemungkinan untuk diulang dengan metode yang berbeda. Disamping itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang digunakan atau dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman, dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman.

Pada pengujian kesehatan benih terdapat beberapa metode dasar yaitu :
a. Metode tanpa inkubasi
1) Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo.
2) Pengujian dengan perendaman benih
3) Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode setelah inkubasi
Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap-tiap benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain. Kemudian petridis tersebut disimpan pada suatu ruangan atau lemari khusus selama masa inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20 ±2)ºC, kecuali pada benih tanaman tropika diperlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan. Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing – masing 12 jam. Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50- 60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum diuji.
Pengamatan terhadap benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat dilakukan dengan metode :
1. Metode saring/hisap
Metode kertas ini dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen yang dapat diketahui dengan metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta, Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala penyakit dan miselium yang terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi cendawan patogen dengam cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman menunjukan karakteristik masing – masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik dari konodiospora dan sebagainya.
2. Metode agar
Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memadai untuk tumbuhnya sporulasi atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan jasad saprofit maka benih didesinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam. Pengamatan persentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut. Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
            Kegiatan praktikum Pembiakan Tanaman 2 dengan judul “Pengujian Kesehatan Benih” dilaksanakan pada hari rabu tanggal 18 November 2009 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
a. Sampel benih (padi, kedelai, jagung, kacang tanah) dengan sertifikasi dan benih tanpa sertifikasi
b. Aquades
c. Alkohol
d. Media PDA
c. Kertas filter steril

3.2.2 Alat
a. Cawan petri
b. Tabung reaksi
c. Pot plastik
d. Tanah steril
e. Pinset
f. Kaca pembesar
g. Mikroskop
h. Mikroskop binokuler

3.3 Cara Kerja
a. Pemeriksaan benih kering
1. Mengamati sampel benih secara visual atau dengan bantuan alat kaca pembesar.
2. Mengamati ada tidaknya propagul patogen pada permukaan benih antara lain miselium, spora, badan buah, serangga dan kotoran lainnya yang terbawa benih.
3. Mengamati adanya kelainan bentuk pada benih seperti keriput, bercak-bercak.
4. Mengamati spora yang ditemukan pada permukaan benih dengan menggunakan mikroskop.
5. Memasukkan dalam tabel hasil pengamatan yang ditemukan pada masing-masing asal benih untuk memperjelas spora yang ditemukan.
b. Pemeriksaan Suspensi yang Diperoleh dari Pencucian benih
1. Mengambil sampel benih sebanyak 100 g ditambah 150 ml aquades dan dikocok/digojog selama 15 menit.
2. Mengamati suspensi hasil pecucian apakah terdapat propagul yang terbawa benih dengan menggunakan mikroskop.
3. Mengamati spora yang ditemukan pada suspensi benih dengan menggunakan mikroskop. Memasukkan dalam tabel untuk memperjelas spora yang ditemukan di dalam jaringan benih pada masing-masing asal benih.
c. Metode Kertas hisap
1. Menyiapkan cawan petri yang telah dialasi kertas hisap dan sampel benih.
2. Memberi perlakuan alkohol 70 % pada permukaan benih agar tidak terkontaminasi gangguan fungi saprofit.
3. Meletakkan benih pada cawan petri.
4. Melakukan inkubasi benih selama 6-7 hari dilakukan di ruangan yang diberi penyinaran UV selama 12 jam dan 12 jam gelap.
5. Mengamati spora yang ditemukan pada permukaan kertas saring dengan menggunakan mikroskop lalu memasukkan data ke dalam tabel.
d. Metode agar
1. Menyiapkan cawan petri, media PDA dan sampel benih.
2.  Menuangkan media PDA ke dalam petri dengan didekatkan pada api secara steril.
3. Memberi perlakuan natrium hipoklorit pada benih agar tidak terkontaminasi mikroba lainnya.
4. Meletakkan benih pada cawan petri yang telah berisi media PDA.
5. Melakukan inkubasi benih pada media PDA selama 6-7 hari
6. Mengamati spora yang ditemukan pada permukaan media agar dengan menggunakan mikroskop lalu data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
     Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi dengan Metode Benih Kering
     Benih Sehat sebanyak 28,6 grm                
     Persentase =                                 
                           57,2 %

     Benih Sakit sebanyak 21,4 grm
     Persentase =
                           42,8 %
     Hasil Pemeriksaan Suspensi Pencucian Benih
    


            Konidia 750 x
Data Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi dengan Metode Kertas Hisap
hari ke-
Benih Normal
Benih Mati
Jumlah Jamur
1
-
-
-
2
-
-
-
3
10
-
-
4
12
-
-
5
12
-
2
6
12
-
2
7
12
8
2
Benih rusak : 8 biji
Persentase benih terkena hama =
                                                  =   40 %
Persentase Benih berkecambah =
                                                  =  60 %

Data Hasil Pengujian Benih Padi Non Sertifikasi dengan Metode Agar
Hari ke-
Jumlah benih yang berjamur
Ukuran (cm)
Warna
Keterangan
1
-
-
-
-
2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
4
-
-
-
-
5
1
2,3
Hitam
Mucor
6
2
2,5
Hitam
Mucor
0,5
Hitam
Mucor
7
2
4
Hitam
Mucor
0,4
Hitam
Mucor

Benih rusak : 2 Biji
Persentase benih rusak =
                                     =  10 %                                                
Persentase Benih Berkecambah =
                                                   = 90 %


4.2 Pembahasan
            Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakan secara generatif atau juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Dalam proses budidaya, benih merupakan faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan. Banyaknya jenis penyakit tanaman penting yang merugikan berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang menjadi sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat merupakan sumber patogen penting di lahan pertanaman.
            Untuk mendapatkan benih yang bebas kontaminasi patogen maka perlu dilakukan pengujian kesehatan benih. Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan karena penyakit yang disebabkan oleh keberadaan patogen pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan   baik secara kualitas maupun kuantitas hasil.
            Pada praktikum ini, benih yang diuji adalah benih padi non sertifikasi.  Metode pengujian kesehatan benih yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan benih kering
            Sampel benih diamati secara visual atau dengan bantuan kaca pembesar. Pengamatan ditujukan terhadap adanya propagul patogen pada permukaan benih antara lain miselium, spora, badan buah, serangga, dan kotoran lainnya yang terbawa benih. Selain itu juga diamati adanya kelainan bentuk seperti keriput, adanya bercak-bercak dan sebagainya. Dari hasil pengamatan diharapkan dapat diperkirakan adanya propagul patogen pada sampel benih dan dengan melihat bentuk sporanya, dapat diketahuijenis fungi yang terbawa benih.
2. Pemeriksaan suspensi yang diperoleh dari pencucian benih
            Pada metode ini, sampel benih diambil sebanyak 100 g kemudian ditambahkan 150 ml aquades lalu dilakukan pengocokan/dijojog pada wadah tertentu selama 15 menit. Suspensi hasil pencucian benih nantinya akan diamati kemungkinan adanya propagul yang terbawa benih. Pengamatan propagul patogen dilakukan dengan bantuan mikroskop.
3. Metode kertas hisap
            Metode kertas didasarkan pada pertumbuhan kecambah dan propagul patogen. Sejumlah benih ditempatkan pada cawan petri yang telah diberi beberapa lapis kertas hisap yang telah dilembapkan. Benih diusahakan agar tata letaknya teratur dan tidak terlalu berdekatan. Dengan adanya pertumbuhan fungi pada permukaan benih, maka dapat diidentifikasi jenis fungi dengan melihat bentuk, warna, susunan, dan ukuran sporanya, tempat pembentukannya dan sebagainya. Penginkubasian dilakukan selama 6-7 hari dalam ruangan yang diberi penyinaran NUV selama 12 jam dan 12 jam gelap secara bergantian selama 6-7 hari. Pada metode ini benih juga diberi desinfektan berupa asam laktat agar fungi saprofit tidak tumbuh sehingga tidak mengganggu pengamatan nantinya.
4. Metode agar
            Metode ini didasarkan pada pertumbuhan koloni fungsi yang dapat diamati secara mikroskopis. Sejumlah benih ditempatkan secara aseptik pada medium biakan kemudian ditempatkan dalam ruangan inkubasi seperti yang dilakukan pada metode kertas hisap.


 





                                                                                     

            Pelaksanaan metode ini dapat lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan metode kertas hisap, tetapi akan memerlukan waktu lebih lama untuk mempersiapkannya. Untuk mengurangi kesulitan akibat kemungkinan tumbuhnya fungi saprofit maka benih diberi desinfektan berupa asam laktat pada permukaan benihnya.
            Berdasarkan hasil pengujian pada masing-masing benih padi non sertifikasi yang diuji dengan metode-metode diatas diperoleh hasil bahwa pada masing-masing metode yang dilakukan diperoleh benih yang terkontaminasi oleh patogen. Pada metode pemeriksaan benih kering diperoleh hasil sebagai berikut :
     Benih Sehat sebanyak 28,6 grm                
     Persentase =                                 
                           57,2 %

     Benih Sakit sebanyak 21,4 grm
     Persentase =
                           42,8 %
            Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel benih yang diuji dengan metode ini kualitasnya rendah. Pemeriksaan dan penyeleksian benih padi didasarkan oleh terdapatnya propagul patogen patogen pada permukaan benih dan kelainan bentuk. Kebanyakan benih padi yang diperiksa pada praktikum ini lebih menunjukkan kualitas yang rendah akibat adanya bercak-bercak dan bijinya tidak berisi sehingga dapat digolongkan ke dalam benih sakit. Sedangkan benih yang sehat memiliki keras dan berisi serta tidak ada kelainan bentuk atau bercak-bercak.
            Pada metode pemeriksaan suspensi hasil pencucian benih diperoleh hasil sebagai berikut :
    












 


            1. Konidia 750 x                             2
            Hasil ini menunjukkan bahwa hasil suspensi pencucian benih padi  juga ditemukan propagul patogen jamur. Propagul patogen ini kemungkinan berasal dari permukaan benih yang kemudian bercampur dengan hasil suspensi. Gambar diatas diperoleh dari pengamatan hasil suspensi dengan menggunakan mikroskop. Bentuk dari propagul yang terlihat berbentuk bulat lonjong panjang. Gambar 2 merupakan bentuk yang terlihat langsung pada mikroskop. Sedangkan gambar 1 merupakan hasil pembesaran sebanyak 750 kali.
     Pada metode kertas hisap diperoleh hasil sebagai berikut :
Benih rusak : 8 biji
Persentase benih terkena hama =
                                                  =   40 %
Persentase Benih berkecambah =
                                                  =  60 %
            Hasil ini menunjukkan bahwa benih padi yang diberi perlakuan inkubasi selama 7 hari menunjukkan tumbuhnya jamur pada benih. Namun pada perlakuan ini beberapa benih padi masih banyak yang dapat berkecambah normal. Jamur yang tumbuh pada padi yang terserang merupakan jamur mucor yang berwarna hitam. Pada metode ini dapat disimpulkan bahwa beberapa benih padi masih dapat berkecambah disamping adanya kontaminasi jamur pada benih lainnya.
            Pada metode agar diperoleh hasil sebagai berikut :
Benih rusak : 2 Biji
Benih berkecambah : 0
Jumlah jamur : 2 ( 1 besar dan 1 kecil)
Besar : 4 cm
Kecil : 0,4 cm
Persentase benih rusak =
                                     =  10 %                                                
Persentase Benih Berkecambah =
                                                   = 0 %
            Pada metode ini, patogen yang terbentuk adalah jamur mucor yang berwarna hitam. Pada metode ini jamur mucor tumbuh subur. Jamur mucor ini terbentuk mulai hari ke-5 dan semakin besar sampai hari ke-7. Kemudian pada hari hari ke-6 jamur mucor terbentuk pada 1 benih lagi. Sedangkan benih yang tidak berkecambah tidak ada.
            Berdasarkan dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa benih padi non sertifikasi ini cukup banyak mengandung kontaminasi patogen yang berupa jamur dan benih padi yang diuji ini termasuk benih yang tidak sehat sehingga perlu dilakukan sterilisasi sebelum digunakan untuk penanaman.

V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Pengujian kesehatan benih dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pemeriksaan benih kering, pemeriksaan suspensi pencucian benih, metode kertas hisap, dan metode agar.
2. Masing-masing benih padi non sertifikasi yang diuji pada 4 metode yang dilakukan menunjukkan terdapatnya kontaminasi terhadap patogen penyebab penyakit.
3. Benih padi non sertifikasi yang diuij termasuk benih padi yang tidak sehat.

5.2 Saran
            Pada praktikum selanjutnya diharapkan agar pelaksanaannya dilakukan dengan baik sehingga hasil pengujian kesehatan benih dapat lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 1999. Meningkatkan Produksi jagung di Lahan Kering, sawah, dan Pasang Surut. Jakarta : Penebar Swadaya.

Buletin AgroBio. 2000. Kajian Metode Skrining Padi Tahan Kekeringan. Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2000, diakses pada tanggal 25 Oktober 2009.

Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta :  Penerbit Andi Yogyakarta.

Mugnisjah, Wahyu Qamara, Dr. Ir. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bogor : Penerbit IPB.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang. Fakultas Pertanian UNIBRAW.

Wirawan, B., Sri W. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.

No comments:

Post a Comment